Senin, 03 Oktober 2011

Istri teman

Istri Temanku yang Bercadar

June 28, 2011 by bajingankampus

Sang gadis bercadar itupun akhirnya harus mengakui keperkasaanku, begitu penisku dengan gagah menembus lipatan `kue pancong’nya yang begitu hebat, terus, hingga menjebol habis kemaluannya yang teduh itu. Saya nyaris bersorak. Saya berhasil mengentot wanita yang demikian alim, demikian tertutup. Penis tegang itu saya dorong dengan kuat, lalu mulai saya keluar masukkan kemaluan nikmat gadis bercadar yang betul-betul malang itu..

Pada awalnya, saya kagum dan hormat kepada cewek bercadar. Karena saya punya teman bekerja di sebuah pabrik, seorang lelaki bernama T. Lulus kuliah, saya terpaksa kerja di pabrik, karena sulit ngelamar kerja.

Di pabrik itu saya kenalan dengan T, yang saya kenal orangnya amat alim dan rajin mengaji. Bahkan ia pernah mengajak saya mengaji di tempatnya. Di situ juga saya tahu, bahwa istri T, seorang wanita jawa yang shalihah, alim dan bercadar. Saya sering main ke rumahnya bersama T.

Sampai suatu hari, saat saya ke rumahnya, waktu itu kami sudah berjanji hendak pergi ke Tawang Mangu, T sendiri tinggal di daerah utara terminal Bus, jurusan Kalioso. Saya sudah siapkan kamera untuk mengabadikan tempat-tempat indah di Tawang Mangu. Tapi sayang, pas saya sampai di rumahnya, T sedang pergi ke kampungnya di daerah Sragen dan saya belum pernah ke sana. Yang ada hanya istrinya. Kebetulan tiga orang anaknya sekolah di pesantren. Si istri hanya keluar sebentar dan mengatakan bahwa suaminya pergi. Saya kecewa berat. Saya berpamit. Saya lihat, istrinya yang bercadar yang penuh wibawa itupun rupanya hendak keluar rumah, mungkin mau ke warung.

Namn herannya, ia berjalan agak tertatih-tatih. Saat saya sudah meninggalkan rumahnya beberapa puluh langkah, saya lihat dia terjatuh di depan rumahnya. Kebetulan tempat itu memang sepi, karena di samping rumahnya ada kebun bambu, di belakangnya juga. Baru di balik kebuh bambu itu ada pesantren, tempat sekolah anak-anaknya. Dengan tergesa-gesa aku mendekatinya. Saya sebenarnya ragu-ragu, apa yang harus saya lakukan, karena ternyata gadis bercadar itu pingsan!!

Namun dengan hanya sejenak berpikir, aku memberanikan diri mengangkat tubuhnya ke dalam rumahnya. Dengan nekat aku membawanya masuk ke dalam kamarnya dan menidurkannya di atas pembaringan. Dengan napas tersengal karena berlari, saya sudah berniat meninggalkannya.

Tapi tiba-tiba pikiran lain terbersit. Saya jadi ingin tahu, bagaimana wajah perempuan bercadar itu. Saya dekati tubuhnya, saya tarik cadarnya ke bawah. Bukan main! ternyata dia cantik dan putih sekali.

Saya jadi deg-degan. Saya ambil kamera, dan saya foto dalam keadaan wajahnya sudah tersingkap. Saya tidak sampai di situ, dengan dada tidak karuan saya jadi tiba-tiba berniat menciumnya. Saya dekati bibirnya yang terlihat merah merekah, agak terbuka sedikit, dan langsung saya kulum. Plot! bibir saya bertemu dengan bibirnya. Saya nekat mengulumnya dengan hati dag, dig, dug. Saya tidak menyangka, gadis bercadar yang selama ini saya hormati, bisa saya cium dengan senikmat ini!!

Usai mencium, saya menarik cadarnya lagi, sehingga ia kembali seperti semula, sebagai gadis bercadar yang terhormat. Sebenarnya saya tidak berniat melakukan lebih dari itu, tapi entah kenapa, saya jadi semakin penasaran dengan ‘isi dalam’ perempuan bercadar yang cantik ini. Karena selama ini, melihat dia dalam keadaan bercadar saja jarang. Kalau ngasih minum saat bertamu, hanya tangannya yang terlihat. Sekarang kesempatan saya ingin tahu bagaimana bagian dalam perempuan alim bercadar ini.

Dengan nekat, saya mulai menarik jilbab hitam besarnya yang sampai ke lutut itu terus hingga ke pundaknya. Ternyata hingga bagian perut, ia mengenakan jubah berkancing. Saya segera membuka seluruh kancingnya dengan tergesa-gesa, takut kalau dia sadar. Dengan terengah-engah, saya menyibakkan jubahnya ke kiri dan ke kanan. Kontan segera terlihat bagian perutnya yang putih serta bagian daging dada atasnya yang juga putih, plus payudara gempalnya yang masih tertutup dengan BH berwarna coklat.

Dengan tidak sabar aku menurutnkan BH-nya sehingga payudara gadis bercadar itu terlihat jelas. Putih, bersih, montok, dengan puting kehitaman, dikelilingi warna coklat di sekitarnya.

Saya segera mengabadikan gambar langka tersebut. Tak lama kemudian, saya mulai menyingkapkan jubah wanita bercadar yang malang itu dari arah bawah, hingga sampai ke pinggang. Kontan saya langsung disuguhi tubuh mulus, paha putih mulus, dan kemaluan gadis alim itu yang masih ditutupi celana dalam berwarna coklat. Saya amat takjub. Tidak saya sangka, hari ini saya bisa melihat istri temanku yang bercadar itu dalam keadaan nyaris telanjang bulat, pingsan lagi. Kayaknya dia sudah pasrah untuk diapain saja…

Hal yang pertama yang saya lakukan adalah meremas-remas payudaranya. Wanita bercadar yang terlihat sangat berwibawa itu, terlihat menjadi amat mengenaskan ketika sepasang payudaranya yang montok, padat dan sempurna itu berada dalam genggamanku, kuremas dan kuhisap putingnya yang berwarna kecoklatan itu dengan penuh nafsu. Saya melepas celana panjang saya sendiri, membiarkan penis saya mengacung sedemikian hebat, karena yang saya lakukan memang pekerjaan hebat: melecehkan istri temanku yang bercadar, yang kini pingsan tak berdaya.

Tak puas dengan aksi itu, aku mulai menciumi sekujur tubuh wanita malang itu. Aku fokuskan ciumanku pada kemaluannya yang menggembung di balik celana dalamnya yang membungkus ketat daerah rahasianya, yang saya taku, selama ini amat dijaga. Saya tahu betul, bahwa seluruh tetangganya dijamin melihat wajahnya saja belum pernah. Tapi sekarang, aku sedang menghirup aroma kemaluannya dan menciuminya dengan amat dahsyat. Sejurus kemudian, saya betul-betul tidak tahan. Celana dalam yang melekat di kemaluannya itu terpaksa saya turunkan dengan perlahan tapi pasti. Saat kemaluannya mulai terlihat menyembul, penisku otomatis semakin tegang. Dan saat celana dalam gadis bercadar istri temanku itu kutarik hingga melewati kedua kakinya, kemaluan itupun terlihat demikian indah, menggembung, nyaris tidak berbulu, tapi betul-betul tebal lipatannya, persis kue pancong, makanan khas Jakarta itu.

Melihat sang gadis bercadar, istri temanku yang alim itu, kini terlihat kemaluannya, saya betul-betul nyaris ikut pingsan, saking nafsunya. Tanpa membuang kesempatan, penisku yang sudah tegang segera kurarahkan ke lubang kemaluan itu. Sedikit demi sedikit, kepala penisku mulai menembus kemaluan gadis angker itu.

Sang gadis bercadar itupun akhirnya harus mengakui keperkasaanku, begitu penisku dengan gagah menembus lipatan `kue pancong’nya yang begitu hebat, terus, hingga menjebol habis kemaluannya yang teduh itu. Saya nyaris bersorak. Saya berhasil mengentot wanita yang demikian alim, demikian tertutup. Penis tegang itu saya dorong dengan kuat, lalu mulai saya keluar masukkan kemaluan nikmat gadis bercadar yang betul-betul malang itu.

Kasihan, selama ini sudah menjaga aurat dan kehormatannya sedemikian rupa, akhirnya berhasil dientot orang awam seperti saya. Saya terus menggenjot tubuh montok bercadar yang nyaris telanjang itu. Detik demi detik betul-betul saya nikmati, sehingga tidak terasa, satu jam penuh saya telah menikmati kemaluannya. Makin lama penis saya makin menegang dalam kemaluannya. Saya sengaja menciumi mulut gadis bercadar itu dari balik cadarnya, sambil terus menggenjotnya dengan nafsu 200 persen.

“Rasakan kau, kemarin kamu boleh sok tidak menemuiku, berbicarapun tidak mau, sekarang, cadarmu sudah tidak berguna lagi. Rasakan penisku ini dalam kemaluanmu yang memang nikmat. Rasakan ini, rasakan ini, rasakaaaaan!!” Saya berteriak histeris, karena betul- betul menikmati perkosaan itu.

Akhirnya, semburan mani saya tak tertahan lagi. Maniku menyembur hebat ke dalam rahimnya. Yah, gadis bercadar itu betul-betul ternoda sekarang. Dan saya, adalah orang yang beruntung menikmatinya. Hari ini, hingga menjelang malam, saya memperkosanya hingga lima kali. Dua perkosaan terakhir, kulakukan dengan menelanjangi wanita bercadar itu. Di atas tempat tidurnya yang suci, wanita bercadar yang suci itu aku perkosa dalam keadaan telanjang bulat. Bahkan, pada perkosaan terakhir, ia tersadar. Namun tubuhnya yang memang sedang tidak sehat itu, tak mampu banyak bergerak. Bahkan dengan terpaksa, di bawah ancamanku, ia kupaksa mengoral penisnya hingga menyembur di mulutnya yang bersih, di balik lipatan bibirnya yang sangat manis dan tipis. Setelah itu, saya sendiri yang memakaikan pakaiannya, hingga ia kembali tertutup, lengkap dengan jilbab dan cadarnya. Lalu, kuambil gambarnya dengan berbagai pose, dengan tubuh tersingkap, payudara terbuka, dengan hanya ber-bh dan bercelana dalam, hingga dengan pose sedang mengoral penisku. Tiga kali, terhitung ia mengoral penisku, termasuk dengan tetap bercadar. Waduh, sungguh pengalaman hebat yang tidak terlupakan. Tahu tidak? Pada hari-hari selanjutnya, aku berlangganan oral seks gadis bercadar itu setiap hari, dalam keadaan bercadar, di belakang rumahnya, saat suaminya sedang tidur pagi, dan terkadang di malam hari. Sebulan kemudian wanita bercadar itu hamil. Dan saya yakin, itu dari benih saya juga. Wah, bangga sekali rasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar