Senin, 03 Oktober 2011

Tante Pertiwi

Tante Pertiwi mengerang dengan penuh nafsu. “Ayo dong anak-anak hisap pentil Tante”, katanya memohon. Tidak perlu disuruh dua kali, aku dan Rendy segera mengisap puting susu Tante Pertiwi, menjilat, menghisap, sambil sesekali kugigit pelan. “Ahh.. enak.. ohh.. agak keras gigitnya dong.. achh..!” erangan Tante Pertiwi justru semakin membuatku dan Rendy bernafsu mengisap dan mengigit puting Tante Pertiwi yang biasanya selalu alim dan memakai jilbab itu..

Perkenalkan namaku Alex, mahasiswa tingkat 3 sebuah perguruan tinggi swasta di DP. Tinggiku 172 cm berat 67 kg, atletis, wajahku lumayan ganteng, dan dengan modal ini pula aku banyak menarik perhatian gadis-gadis teman kuliahku. Aku tidak mempunyai pacar tetap bukan karena aku homo atau sejenisnya tapi melainkan karena aku tidak terlalu tertarik pada gadis-gadis seusiaku apalagi yang lebih muda. Aku lebih senang kencan dengan tante-tante yang usianya sama dengan ibuku.
Keperjakaanku hilang ketika aku berusia 13 tahun, akibat dikencani oleh seorang janda tetanggaku. Sejak saat itu aku hanya tertarik untuk kencan dengan wanita setengah baya, karena permainan mereka yang aduhai dan mampu membuatku terbang ke awang-awang. Sampai sekarang sudah belasan tante-tante atau janda kesepian yang telah kukencani. Tidak semuanya berdasarkan uang, tapi ada juga yang karena suka sama suka, yang jenis ini biasanya karena wajahnya masih cantik dan bodinya sensual, kalau jelek ya.. terpaksa deh aku pasang tarif lumayan tinggi, hitung-hitung uang lelah.
Pengalamanku yang akan kuceritakan ini mungkin sudah pernah dialami oleh beberapa orang yang rajin membaca situs 17Tahun.com ini, karena berhubungan dengan seseorang yang sangat terkenal khususnya pada tahun 1980-an sebagai seorang artis dan penyanyi. Kejadiannya sekitar tahun 1997 akhir waktu itu aku dan temanku Rendy (laki-laki) sedang ngobrol-ngobrol sehabis pulang sekolah di kawasan Blok M. Rendy bertanya padaku apakah aku mau kencan dengan seorang artis. Aku tentu saja menjawab mau, pikirku kapan lagi bisa kencan dengan tante-tante, artis lagi.
“Siapa artisnya, jangan-jangan Maissy lagi?” kataku setengah meledek Rendy.
“Bukan goblok, emangnya gue phedophili, itu tuh Tante Pertiwi”, jawab Rendy.
Aku terkejut bukan main, jadi gosip itu benar bahwa Tante Pertiwi wanita setengah baya yang usianya sudah lebih 50 tahun itu suka main dengan anak muda, untuk memelihara kecantikan wajahnya.
“Yang bener loe, Tante Pertiwi yang punya operet PPK itu kan, yang dulu suka bawain lagu anak-anak tahun 80-an”, tanyaku memastikan.
“Iya bener, nih gue ada nomor HP-nya.. elo telpon aja kalo kagak percaya.” Jawab Rendy meyakinkanku.
“Oke deh gue percaya, kapan kita ke sana?” tanyaku.
“Besok deh kita cabut aja sekolah itung-itung refreshing oke?” jawab Rendy, aku mengiyakan dan berjanji dengan Rendy untuk bertemu di kafe OLA di PI Mall esok harinya.
Keesokan harinya tepat jam 10.00, aku bertemu Rendy di kafe OLA.
Aku bertanya, “Udah ditelpon belum, Tante Pertiwi-nya entar dia telat lagi.”
“Tenang aja deh udah beres, dia sebentar lagi datang”, kata Rendy meyakinkanku.
Benar juga seperempat jam kemudian kulihat sesosok wanita setengah baya mengenakan baju putih berjilbab dan mengenakan kacamata hitam lebar, tampaknya ia tidak mau dikenali orang banyak. Tante Pertiwi langsung duduk di tempat kami, dan membayar bill makanan lalu langsung mengajak kami pergi. Kami berdua mengikutinya, lalu kami bertiga meluncur ke hotel SHD di kawasan Sudirman di mana Tante Pertiwi sudah menyuruh asistennya untuk mem-booking kamar hotel tersebut. Dia tidak banyak bicara sepanjang jalan kecuali menanyakan namaku dan rumahku. Selebihnya justru aku yang bengong karena sebentar lagi aku akan berkencan dengan seorang artis yang waktu aku kecil dulu aku sering melihat wajahnya di TV membawakan lagu anak-anak kesukaanku.
Akhirnya kami sampai juga, Tante Pertiwi menyuruhku dan Rendy untuk naik ke kamar lebih dulu baru kemudian ia menyusul, supaya orang tidak curiga katanya. Aku dan Rendy sampai di kamar langsung saja bersorak kegirangan, “Gila gue ngentot ama Pertiwi, pasti anak-anak kagak bakalan ada yang percaya nih.. beneran itu Pertiwi yang sering di TV.”
Tak lama kemudian Tante Pertiwi menyusul masuk ke kamar, begitu sampai ia langsung membuka jilbab dan kacamatanya, kemudian ia menyuruhku dan Rendy mandi untuk membersihkan badan. Setelah mandi, aku dan Rendy keluar kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk, agak malu juga sih dari balik handuk itu menyembul batang kemaluanku yang ternyata sudah lebih tidak sabar dari tuannya untuk segera merasakan liang sorga Tante Pertiwi yang biasanya selalu alim dan memakai jilbab itu. Tante Pertiwi hanya tersenyum saja, kemudian ia menyuruh kami berdua untuk ikut berbaring di sisinya, Aku di sebelah kanan, Rendy di sebelah kiri. Ia merangkul kami berdua seperti anaknya, kemudian ia mencium bibirku dengan lembut, aku pun membalasnya, Rendy sepertinya iri dan dengan tidak sabar ia meremas payudara Tante montok yang biasanya alim dan memakai jilbab itu.
“Aduh sabar dikit dong Nak.. nanti juga Tante kasih”, kata Tante Pertiwi sambil tersenyum pada Rendy dan kemudian ganti mencium bibir Rendy. Melihat hal itu aku jadi bernafsu juga ingin meremas-remas payudara Tante Pertiwi yang biasanya selalu alim dan memakai jilbab itu. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya satu persatu dan nampaklah payudaranya yang montok dan masih terlihat kencang dibungkus bra warna pink yang menantang. Aku remas pelan sambil jari-jariku berusaha mencari puting susunya, Tante Pertiwi mengerang pelan pertanda ia merasakan kenikmatan saat aku menyentuh puting susunya dari balik BH-nya.
“Ahh.. enak.. sebentarnya Tante buka aja deh sekalian.” Tangan Tante Pertiwi meraih ke punggungnya melepaskan hook BH-nya dan sekaligus membuka kemejanya sehingga sekarang ia hanya mengenakan rok panjang berwarna hitam. Payudaranya montok dan menantang ukurannya sekitar 36C, putih dan mancung dengan puting yang berwarna agak kecoklatan. Aku dan Rendy jadi sangat bernafsu, segera saja kami berdua meremas payudara Tante Pertiwi satu orang satu. Tante Pertiwi mengerang dengan penuh nafsu. “Ayo dong anak-anak hisap pentil Tante”, katanya memohon. Tidak perlu disuruh dua kali, aku dan Rendy segera mengisap puting susu Tante Pertiwi, menjilat, menghisap, sambil sesekali kugigit pelan. “Ahh.. enak.. ohh.. agak keras gigitnya dong.. achh..!” erangan Tante Pertiwi justru semakin membuatku dan Rendy bernafsu mengisap dan mengigit puting Tante Pertiwi yang biasanya selalu alim dan memakai jilbab itu.
Tante Pertiwi tidak diam saja, ia juga bereaksi dengan menyingkapkan handuk yang dipakai olehku dan Rendy, kemudian tangannya menggengam batang kemaluan kami satu tangan satu. Tante Pertiwi agak terkejut dengan ukuran batang kemaluanku yang 21 cm dengan diameter 3,5 cm, batang kemaluan Rendy sedikit lebih pendek yaitu 19 cm dengan diameter yang sama. Batang kemaluan kami diremas dan dikocok pelan, kemudian agak kencang, membuat kami menggelinjang dan semakin bernafsu untuk menikmati payudara Tante montok yang biasanya alim dan memakai jilbab itu. “Aduh Tante jangan keras-keras nanti keluar loh..!” kata Rendy setengah bercanda. “Jangan keluar dulu dong anak manis.. Tante belum apa-apa nih, lagipula jangan keluarin di sini, nanti aja di mulut Tante biar Tante minum semua sperma kamu.” Aku berpikir, jadi gosip itu benar bahwa Tante Pertiwi gemar mengkonsumsi sperma anak-anak muda untuk menjaga keindahan kulit dan tubuhnya. Pantas saja, walaupun usianya sudah lebih 50 tahun, tubuhnya masih terlihat seperti umur 25-an.
Kemudian kami berganti posisi, Tante Pertiwi bergerak ke arahku kemudian membuang handukku ke lantai. Kemudian Tante Pertiwi menggenggam batang kemaluanku dan menjilati ujungnya yang terlihat ada setetes precum akibat aku sudah terangsang hebat. Ia kemudian memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya mulai dari kepalanya sampai ke ujung pangkalnya sambil meremas-remas biji pelirku. Dia sangat ahli sekali dalam urusan ini, nikmatnya sampai ke ubun-ubun, dijilat, dikulum, bibirnya mengitari sepanjang topi bajanya, sambil ujung lidahnya menusuk-nusuk ke lubang kecil di ujung batang kemaluanku berharap masih ada precum yang tersisa.
“Ahh.. Tante enak banget Tante.. ohh..!” desahku menahan nikmat yang tiada tara. Untung aku punya pengalaman dengan tante-tante, kalau tidak.. pasti sejak tadi aku sudah muncrat, saking jagonya hisapan Tante Pertiwi yang biasanya selalu alim dan memakai jilbab itu. Sementara Tante Pertiwi asyik menikmati batang kemaluanku, Rendy tidak tinggal diam, dia menyibakkan rok Tante Pertiwi sampai terlihat celana dalamnya dan pelan-pelah Rendy menurunkan celana dalam hitam milik Tante Pertiwi dan terlihatlah liang kewanitaan Tante Pertiwi yang ditumbuhi oleh bulu-bulu yang lebat, pahanya terlihat mulus bagai pualam, bukti wanita ini tahu bagaimana merawat diri dengan baik.
Tante Pertiwi kemudian membuka roknya dan melemparnya ke lantai. Kini ia sudah telanjang bulat, Aku dan Rendy sungguh sangat mengagumi kemulusan dan kemolekan tubuh Tante Pertiwi, benar-benar luar biasa untuk wanita seusianya. Tante Pertiwi kembali mengulum batang kemaluanku dan Rendy mengambil posisi di bawah Tante Pertiwi, dan bersiap menikmati liang kewanitaan Tante montok yang biasanya alim dan memakai jilbab itu. Ia mengelus paha Tante Pertiwi, kemudian menjilatinya mulai dari lutut terus naik ke atas ke lubang surga Tante Pertiwi yang biasanya selalu alim dan memakai jilbab itu. Rendy menyibakkan bulu-bulu yang menutupinya kemudian ia menjulurkan lidahnya mencari-cari klitoris Tante Pertiwi, menjilatnya sambil dijepit dengan kedua bibirnya.
“Achh.. oohh.. anak nakall.. awww..!” Tante Pertiwi mengerang-ngerang seperti orang gila ketika klitorisnya diperlakukan seperti itu. Cairan kewanitaannya tampak meleleh membasahi bibir Rendy yang sepertinya justru menyukai rasanya. “Ohh.. aku nggak tahan deh anak-anak, ayo kita mulai aja deh”, kata Tante Pertiwi sambil membalikkan badannya dan beralih menghampiri batang kemaluan Rendy. “Kamu masukin batang kemaluan kamu sekarang ya A, aku hisap batang kemaluan teman kamu”, katanya memberi komando, aku hanya mengangguk setuju.
Tante Pertiwi mengambil posisi doggy style, ia menungging dan mengarahkan liang kewanitaannya padaku. Aku menyaksikan liang kewanitaannya yang berwarna merah muda itu terbuka di hadapanku dan tampak cairan kenikmatannya meleleh keluar. Aku segera mengambil posisi, kupegang batang kemaluanku dan mulai mengarahkannya ke liang kewanitaan Tante Pertiwi, pelan-pelan kumasukkan sambil tanganku berpegang pada kedua bongkahan pantat Tante montok yang biasanya alim dan memakai jilbab itu. Liang kewanitaannya sempit dan agak susah untuk batang kemaluanku yang besar untuk masuk padahal cairan kenikmatannya sudah mengalir deras.
Pelan-pelan kumasukkan dan ketika kepalanya berhasil masuk kuhentakkan pantatku, akhirnya batang kemaluanku berhasil masuk semuanya, Tante Pertiwi agak terdorong ke depan dan berteriak ketika batang kemaluanku masuk ke liang kewanitaannya. “Ahh.. enak A, terus kocok kontol kamu di liang memek Tante.. ahh!” teriaknya. Aku segera memainkan gerakan maju mundur mengeluarmasukkan batang kemaluanku di liang kewanitaannya yang sempit dan dinding kemaluannya seperti memijit-mijit batang kemaluanku, hisapan lembah sorganya seperti memaksa spermaku untuk keluar. Sementara Tante Pertiwi mengulum batang kemaluan Rendy, aku asyik memainkan batang kemaluanku keluar masuk liang kewanitaan Tante Pertiwi yang biasanya selalu alim dan memakai jilbab itu.
Kira-kira setengah jam kemudian aku merasakan spermaku seperti hendak berontak keluar, kupercepat gerakanku, “Ohh.. Tante.. saya mau keluarr.. nihh..” kataku pelan. Kurasakan badanku mulai tegang dan batang kemaluanku seperti berdenyut dengan keras. Mendadak Tante Pertiwi mencabut batang kemaluanku dari liang kewanitaannya dan dengan gerakan cepat ia memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Bersamaan dengan itu aku mencapai klimaks, “Aaahh.. aku mau keluar Tante.. ahh!” tulang-tulangku serasa rontok semua, badanku serasa melayang saat spermaku muncrat di dalam mulut Tante montok yang biasanya alim dan memakai jilbab itu. Batang kemaluanku berdenyut keras sambil memuntahkan sperma dalam jumlah yang cukup banyak. Terlihat Tante Pertiwi sibuk menelan seluruh spermaku, dia tidak ingin ada yang tersisa. Batang kemaluanku diurut-urut dengan kasar berharap semua spermaku terkuras habis dan pindah ke mulutnya.
Aku langsung terkapar tidak berdaya, tenagaku habis. Seiring dengan dilepasnya mulut tante Pertiwi dari batang kemaluanku, ia berbaring telentang sambil membuka kakinya lebar-lebar. “Sekarang giliran kamu nyumbang sperma buat Tante”, katanya sambil tersenyum pada Rendy. Rendy begitu bernafsu langsung menusukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaan Tante Pertiwi, keluar masuk dengan lancar karena tadi aku sudah membuka jalannya, ia mengangkat paha Tante Pertiwi dan menaruhnya di bahunya agar batang kemaluannya bisa masuk lebih dalam lagi. “Ohh.. Tante.. Aku juga mau keluar sebentar lagi..” katanya lirih. “Iya Nak.. ayo terusin aja..”
Tiba-tiba Tante Pertiwi menyuruh Rendy berhenti. “Tunggu dulu ya.. kamu mau ngerasain sesuatu yang baru nggak.” Rendy kontan menjawab mau, Tante Pertiwi menyuruh Rendy bergerak agak ke atas kemudian menaruh batang kemaluannya di tengah-tengah payudaranya. Tante Pertiwi kemudian menghimpit batang kemaluan Rendy dengan kedua payudaranya, dan menyuruh Rendy kembali melakukan gerakan mengocok-ngocok. Kurang ajar si Rendy dapat atraksi lain tapi aku tidak. Gaya ini ternyata cukup ampuh terbukti baru 5 menit, Rendy sudah mengerang lagi, “Aduh.. Tante nggak tahan nih.. mau keluar..” Tante Pertiwi tersenyum, “Ayo keluarin aja..”
Beberapa detik kemudian, Rendy meregang hebat dan langsung Tante Pertiwi menggenggam batang kemaluannya dan memasukkannya ke dalam mulutnya. “Ahh.. Tante.. enakk.. ahh..” kulihat Rendy meregang nikmat saat spermanya dihisap habis oleh Tante Pertiwi yang biasanya selalu alim dan memakai jilbab itu. Dan sama seperti aku ia pun terkulai lemas sesaat kemudian. Tante Pertiwi tersenyum penuh kemenangan. “Ternyata kalian anak muda berdua tidak bisa mengalahkan seorang nenek seperti saya”. Aku menjawab, “Terang aja nenek-neneknya penghisap tenaga anak muda.” Kami pun tertawa bersama dan beristirahat sejenak. Lalu kami menikmati hidangan makanan dan minuman yang dipesan Tante Pertiwi, dalam keadaan masih telanjang bulat.
“Terus terang aku masih pengen nih, tapi nanti malam ada show di TMII, biasa.. acaranya Mbak TT, Tante belum orgasme nih, kalian bantu Tante masturbasi ya”, katanya. Kami setuju saja, lalu kami membantu Tante Pertiwi dengan menjilati payudaranya satu orang satu sementara ia mengocok liang kewanitaannya dengan jari-jarinya. Setelah ia klimaks, kami pun mandi bersama lalu memakai pakaian kembali, lalu bergegas meninggalkan hotel, tapi tidak ada satu pun diantara aku dan Rendy yang mau french kiss dengan Tante Pertiwi sebelum pulang, kebayang dong berarti aku ikut merasakan sperma si Rendy dan si Rendy juga merasakan spermaku, nggak janji la yaw.. Sebelum pulang Tante Pertiwi menyerahkan amplop yang isinya uang dua juta rupiah, aku dan Rendy langsung berfoya-foya di plaza SNY makan dan belanja sepuasnya.

1 komentar: