Kamis, 11 Agustus 2011

Birahi Mbak Rofikah 1

Hujan menggelegar dengan petir menyambar nyambar ketika hari mulai menggelap, Jakarta listriknya pada beberapa tempat, orang banyak mengumpat, apalagi tak sedikit orang berlarian mencari tempat berteduh, demikian pula aku yang habis keluar dari parkir di Sudirman hendak menuju ke Thamrin dengan jalan kaki, ketika berjalan itu hujan menggyur dengan deras, aku berlari untuk hendak berteduh, malang nasibnya ketika berlari itu ada sebuah mobil mendadak berbelok tanpa menghidupkan lampu indikator hendak berbelok, aku langsung meloncat tinggi agar tidak tertabrak, mobil langsung berhenti mendadak kemudian aku berdebam di body depan mobil sedan itu.

“Bruuuuuuuuuuuk “

Habis berdebam itu langsung terguling ke depan dan badanku serasa mau remuk, aku sampai tertidur di jalanan aspal itu. Pengemudinya keluar dengan membawa payung, aku sendiri semakin basah kuyub, seorang wanita muncul di depanku

“Maafkan sayaaa “ ucap wanita itu dengan suara merdu.

Aku hendak bangun namun rasanya sakit juga dengan jatuh pada pinggangku terlebih dahulu, salah mencari posisi jatuh, lalu aku bangun dan merasa sakit sekali, aku ditariknya untuk dibantu.

“Sakit aaaaaaaah “ keluhku

“Sudah nggak apa apa .. yuk antar saya ke dokter .. “ ajak wanita itu dengan ramah, aku pun dibawanya menuju ke pintu samping dan masuk.

Aku tidak memperhatikan wanita, ketika dia memutar dan aku melihatnya dari kaca Oh .. Mbak Rofikah. Ketika dirinya masuk langsung mengenalkan diri

“Early .. “ kata Mbak Rofikah mengenalkan diri dengan memberikan tangannya

“Dirhaaaaaaan , biasa dipanggil Han “ kataku dengan bersikap ramah

“Maaf .. saya yang salah .. tadi mau lurus .. tapi langsung belok .. “ kata Mbak Rofikah dengan menyesal

Pakaianku basah semua, aku membuka baju panjangku, tasku sendiri diletakkan belakang jok mobil. Aku memeriksa pinggangku dengan menaikan bajuku, ketika bajuku naik itu, Mbak Rofikah secara tak sengaja melihat selakanganku yang di mana penisku tercetak jelas karena celana basah, sambil mesam mesem Mbak Rofikah memandang ke depan.

“Gimana ? mau ke dokter ?” tanya Mbak Rofikah

“Nggak usaah .. kemana saja .. “

“Lho kok aneh .. “

“Gimana bisa dapat baju kering .. itu saja .. lagian males juga kalo ke toko baju kalo basah kunyuk kayak gini” ujarku dengan sedikit kesal

“Oke deeh .. mau memaafkan saya ?” tanya Mbak Rofikah dengan tersenyum

“Nggak apa apa .. Mbak Rofikah ini khan “ tanyaku balik

“Iyaaaaaaaa “ jawabnya enteng kemudian melajukan mobilnya menuju ke jalan besar.

“Kalo gitu ke rumahku saja .. ada pembantu yang bisa mengatur apa maumu ..”

“Terserahlah .. lagian aku juga lapar .. “

“Nggak jauh kok .. santai saja “

Aku mencoba rileks, hampir sejam perjalanan akhirnya kami sampai ke rumahnya yang mewah, aku jalan dengan tak nyaman, Mbak Rofikah menyilakan aku masuk kemudian memanggil pembantunya

“Mboook .. tolong yaaa .. carikan baju untuk teman saya ini .. tadi barusan ketabrak saya”

“Aduuuuh .. nyonya .. kok bisa gitu .. kasihan .. sini saya bantuan urut pinggangnya “ ajak pembantu yang berumur tua itu.

“Yaaa .. saya yang salah kok .. sudah nggak apa .. dia nggak nuntut apa apa kok ..” kata Mbak Rofikah dengan berlalu dan masuk ke kamar.

“Mau minum apa Mas ? “ tanyanya

“Coklat panas kalo ada .. “ kataku dengan menawar minuman kesukaanku

“Yaaa … istirahat dulu ya “

Sepeninggal pembantunya itu Mbak Rofikah kemudian keluar dari kamar dan membawa sebuah laptop dan diletakkan di meja, aku sendiri hanya membuka buka majalah yang berada di meja itu. Tak lama kemudian Mbak Rofikah mengajak bicara

“Kerja di mana ?”

“Nggak kerja .. usaha sendiri .. “ jawabku dengan tidak mengeluh walau pinggang masih sakit

“Bagus tuh .. duuuuuh .. koneksi di sini kok susah amat .. mahal mahal lambatnya minta ampun “ keluh Mbak Rofikah dengan kesal. Aku hanya tersenyum saja

“Aaah dah biasa Mbak .. aku sendiri yang bekerja desain website juga nggak pernah ngamuk kalo lemot”

“Trus gimana nich .. aku butuh nich .. “ keluh Mbak Rofikah dengan memandangku, rambutnya yang basah sehabis mandi itu disibakkan, rambutnya pendek dan hanya sampai di lehernya saja, ketika mengegelengkan kepalanya itu dadanya maju seperti hendak memamerkan buah dadanya padaku. Aku menarik laptopnya lalu mencoba memakai dengan setting sana setting sini. Mbak Rofikah memandangku, duduknya saja di sampingku dan seperti akrab saja. Kuberikan laptop itu padanya dan dirinya mencoba lagi

“Naah ini lumayan cepat .. trim ya Han .. “ kata Mbak Rofikah dengan mencoba online

“Boleh aku mau istirahat ?” tanyaku

“Boleh .. ke kamar tamu itu saja .. ada kamar mandinya kok .. perlu handuk ?” tanya Mbak Rofikah . Aku hanya mengangguk kemudian berjalan menuju ke kamar tamu itu, aku tetap membuka pintu kamar itu sampai menunggu Mbak Rofikah datang membawa handuk, aku membuka bajuku dan kusisakan celana panjang dan kaos dalam. Aku bercermin memeriksa pinggangku hanya luka kecil berwarna biru.

“Nggak apa apa khan Han ?” tanya Mbak Rofikah dengan masuk ke kamar itu membawa handuk, aku berputar dan Mbak Rofikah tersenyum, aku balas tersenyum, ekor matanya mencuri pandang ke selakanganku yang mencetak dengan jelas penisku yang gedhe itu.

“Nggak apa apa .. cuma luka berwarna biru saja .. debaman ke body mobil itu yang sakit “

Mbak Rofikah tertawa. Sepertinya menucri pandang itu dilakukan berkali kali, sehingga aku membuat diriku malah penisku bergerak, Mbak Rofikah tersenyum lagi

“Sudaah .. istirahatlah .. ntar nanti juga sembuh .. “

Aku menerima handuk itu dan mengikuti sampai pintu hendak menutup, namun sayang Mbak Rofikah menutup pintu itu terlebih dahulu dan langsung memelukku lalu menghujani dengan ciuman panas, aku langsung menanggapi lumatan Mbak Rofikah itu. Kami berdua saling beradu bibir dengan rakus, Mbak Rofikah langsung meremas batangku dengan rakus. Aku pun tak tinggal diam langsung meremas pantatnya itu, terasa empuk. Kami berdua sampai nafasnya tak karuan

“Kamu ganteng Haaan .. hhhhmmm .. penismu pasti besar ya ?” tanya Mbak Rofikah dengan masih bermain dengan penisku yang sudah ngaceng itu akibat remasan tangan Mbak Rofikah . Tubuhnya yang tidak sejajar denganku itu aku langsung membopongnya ke tempat tidur dan kehujani lagi dengan lumatan. Mbak Rofikah sampai menahan kepalaku yang melumat habis bibirnya dengan rakus

“Hhhhhhsssssssss .. Haaaaaaan ..aaaaaaaaaah “ lenguh Mbak Rofikah dengan nafas semakin memburu

“Gimana mau terusin ?” tanyaku dengan mempermainkan pantat Mbak Rofikah yang kuremas remas

“Ntar dulu .. biar pembantu aku suruh pulang dulu .. yaaa .. dia rumahnya di pojokan sono .. “

Mbak Rofikah langsung mendorongku, lalu keluar dari ranjang, sebelum keluar dari kamar memagutku dengan gemas sambil meremas batangku yang ngaceng itu. Keluar dari kamar itu aku menunggu dengan perasaan tak karuan. Cukup lama juga sampai aku mandi dengan tidak tenang, pintu kamar tidak aku kancing, ketika aku selesai mengguyur badanku dan hendak mengeringkan dengan handuk, tiba tiba ada tangan nakal langsung meremas penisku

“Gedeee banget Han “ seru Mbak Rofikah dengan tersenyum nakal. Kali ini Mbak Rofikah sudah tidak mengenakan pakaian apa apa, telanjang bulat sepertiku, buah dadanya tidak besar namun kencang. Aku langsung memeluknya dan kami berdua terlibat dalam pertarungan bibir sambil berdiri. Mbak Rofikah sampai megap megap merasakan lumatannya yang rakus.

“Ooooooooooh .. Haaaaaaan ..aaaaaaaaaaaaaaaaauuuh .. hhhhhsssssssss “ lenguh Mbak Rofikah dengan menahan kepalaku tak kuat melawan lumatanku. Aku langsung memondongnya dan kulemparkan ke ranjang, aku naik dan Mbak Rofikah langsung naik di pangakuanku dengan merangkulku, kemudian kembali kami saling berpagutan dengan penuh kerakusan, sedotan demi sedotan kami lakukan, sehingga muka kami penuh dengan air liur. Penisku seakan berontak keras ingin segera bersetubuh, kubiarkan rasa sakit pinggangku sehingga kini yang ada di depanku adalah daging empuk hidup bergerak gerak yang minta diberi pemuasan batin

“Sudah lama aku nggak ginian Han .. sorry yaa .. kalo aku bernafsu lihat cetakan penismu “ kata Mbak Rofikah dengan nafas tak karuan karena kami saling melumat. Mbak Rofikah langsung melepas rangkulannya kemudian duduk di depanku dan menatap ke penisku yang besar itu

“Besar sekali Haaaaaan “ pujinya dengan senang

“Rasakan saja .. segera oral donk “ ajakku yang disambut senyum Mbak Rofikah, dirinya langsung membungkuk dan mempermainkan batangku dengan lidahku, dengan sangat rakus, gerakan lidahnya menyusuri batangku naik turun, aku hanya bisa mengelus elus kepalanya, nakal juga wanita ini, ternyata sangat doyan seks juga. Aku meremas buah dadanya itu dan membuat Mbak Rofikah melenguh kuat. Jilatan demi jilatan itu sampai pada buah pelirku, dipermainkan dengan lidahnya berulang ulang, kemudian batangku dimasukan dalam mulutnya kemudian disedot sedot dan disepong. terasa sekali aku menjadi tak karuan

“Mbaaaaaaaaaaaak ………..aaaaaaaaaaah .. enaaaaaaaaaaak “ seruku semakin panas. Oralnya sangat piawai bermain dengan penisku itu, berulang ulang batangku keluar masuk mulutnya, dengan sangat rakus bermain dengan penisku itu.

Seri selanjutnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar