Senin, 15 Agustus 2011

Mbak Emi 2

Aku memeluk Mbak Emi dengan erat di ranjang sempit itu, persetubuhan kami terhenti karena badan kami sudah letih. Mbak Emi terdiam lama sekali karena tak ada respon lagi aku cabut penisku dari lubangnya, cairan kami menetes. Mbak Emi hanya tersenyum penuh arti padaku. Aku berdiri dan kemudian duduk di kursi dan masih bertelanjang. Mbak Emi juga bangun dari tidurnya lalu berdiri dan menuju ke kamar mandi di ruangan itu, ketika lewat di depanku kuremas bokongnya yang indah itu. Mbak Emi tersenyum menggodaku.

“Nggak tahan ya .. “

“Ya cuma gemas saja melihat bokongmu Mbak Mbak Emi .. “

Mbak Emi masuk ke dalam kamar mandi tanpa menutup dan mandi disitu aku masih terdiam memikirkan kejadian barusan karena aku bercinta dengan Mbak Emi yang merupakan salah satu wanita yang kusuka. Tak lama kemudian Mbak Emi keluar dari kamar mandi, kemudian memunguti pakaiaannya, melihatku hanya terpekur Mbak Emi menepuk pundak.

“Ndak usah dipikirin sayang … nggak nyesal khan ?”

Aku mendongakan kepalaku, Mbak Emi hanya tersenyum lalu memakainya satu persatu.

“Kamu mandi dulu .. biar nggak curiga .. “

Aku menurut dan masuk kamar mandi, lalu memakai pakaianku. Kami kembali duduk di meja berseberangan

“Mbak juga nggak nyesal ?”

“Mainmu cukup bagus Han .. aku suka .. ntar besok ke villa ya .. aku tunggu .. “

“Baik Mbak Mbak Emi … “

“Han .. aku harus pulang sekarang … masih ada perlu lain .. “

Aku juga berniat pulang jadi aku beranjak dari duduk dan memutar lalu mencium bibir seksi Mbak Emi sekali lagi, Mbak Emi membalas pagutan bibirku. Puas menciumnya kuremasi kepalanya.

Lalu kuambil tas punggungku.

“Mbak aku pulang dulu .. “

“Ya .. sayang … hati hati dijalan .. “

“Baik Mbak Mbak Emi .. “

Kubuka pintu ruanga itu sebelum keluar Mbak Emi berujar

“Han .. terima kasih yang tadi ya .. aku suka .. “

“Oke Mbak Mbak Emi .. “

Pagi sekali aku berangkat dengan motorku di daerah Cipanas, aku lebih suka menggunakan motor, memakai mobil membuatku kudu beradu dengan kemacetan. Sesampai di Cipanas jam 08 pagi, kucari cari alamat villa itu dan kudapatkan. Namun suasana sepi, belum ada semenit mengamati hapeku berdering, ternyata dari Mbak Emi.

“Halo .. “

“Halo ..s ayang … cepat masuk deh .. gerbang nggak dikunci kok … “

Aku memutus komunikasi lalu membuka gerbang dan memasukan motorku dan langsung menuju ke arah belakang villa. Ku lihat Mbak Emi duduk dengan manisnya di kursi malas. Mbak Emi berdiri dan menyambut kedatanganku, dipeluknya aku lalu diciumnya bibirku.

“Capek ya kemaren ? “ candanya.

“Nggak juga kok … “

“Masak …?”selidiknya

“Mbak boleh bertanya ?”

“Kenapa nggak boleh ?”

“Mbak Mbak Emi kok mau maunya sama aku .. ?”

Mbak Emi tidak menjawab namun malah masuk kedalam villa. Lalu duduk di sofa dan aku pun menyusul lalu aku dudu di sampingnya, Mbak Emi langsung ngelunjak dan duduk dipangkuanku.

Mbak Emi cerita panjang lebar, aku hanya mendengar tanpa memotongnya.

“Aku turut prihatin Mbak Mbak Emi .. “

Mbak Emi memeluk erat.

“Han .. hubungan kita ini berbahaya .. aku takut juga diketahui suamiku .. aku minta kau menjaga rahasia hubungan kita .. “

“Baik Mbak Mbak Emi .. “

“Jika kau butuh apa apa tinggal bilang saja ya .. tapi kalo aku butuh kamu, kau harus datang ya … aku sering tahan menahan nafsuku Han .. sedang suamiku suka acuh tak acuh .. sebel juga sih “

“Mbak Mbak Emi mau jadi pacarku ?”

Mbak Emi tertawa keras.

“Aku sudah nikah ngapain pacaran ?”

“Tak kusangka Mbak, kau sudah beranak tiga namun bodymu benar benar seksi sekali .. aku suka akan tubuh Mbak Mbak Emi .. tiada duanya deh .. “

“Ah gombal ! aku dah jelek begini .. “

“Kalo jelek kenapa aku mau ? malah merindukan lagi. Mbak Emi turun dari pangkuanku dan berdiri, aku berdiri dan langsung kusaut dalam pondonganku.

“Bobortmu berat juga Mbak Mbak Emi .. “

“Aku agak gendut ya .. “

“Fitness deh demi aku .. “

“Baik sayang … “ kata Mbak Emi sambil melumat bibirku.

Ku bawa dia ke kamar depan villa itu dan kutidurkan ke ranjang, kucopot kaosku lalu celana panjangku.

“Kau sungguh bernafsu sekali melihatku Han “ ujarnya dengan genit.

Mbak Emi memulai mencopot pakaiannya satu persatu, bahkan BH dan CD nya dicopot juga, aku tersenyum penuh arti dan dibalas dengan senyuman Mbak Emi. Ketika aku mendekat hendak memeluknya, kaki Mbak Emi menuju selakanganku dan menarik CD ku dengan kakinya lalu dipelorotkan dan kemudian kaki satunya mendorong CD ke semakin melorot kebawah. Aku membantu mencopot CD ku. Lalu aku langsung memeluknya di ranjang itu sambil menindih.

Mbak Emi mendesah penuh gairah.

“Han … aku akan remasan pada buah dadaku .. besar ya yang “ ujarnya setengah bertanya

“Aku suka masturbasi membayangkanmu Mbak Mbak Emi .. “

“Idih nakal juga kamu .. sekarang kamu nggak usah begitu .. aku dah nyata kok … “ ujarnya semakin genit.

Kami bercumbu pagi itu dengan ganas, Mbak Emi melenguh bak cacing kepanasan, tubuhnya oleng ke sana kemari ketika aku mencumbunya. Tubuh seksi karyawati sMbak Emitron, presenter itu hari ini sepenuhnya merupakan milikku. Kami berjanji akan bercinta sampai besok pagi. Kami langsung melakukan posisi 69 dan saling mengerjai alat kelamin kami. Mbak Emi mengulum penisku dengan buas dan aku pun mengaduk aduk liang kewanitaannya.

Kami bermain dalam posisi itu dan Mbak Emi melenguh dengan puas ketika mencapai orgasmenya dan dilepaskan batangku, cairanya muncrat dan sebagian masuk ke dalam mulutku, Mbak Emi yang melongok aku menelannya serasa tak percaya

“Kau telan Han ?”

“Iya Mbak .. “

“Gimana rasanya ?”

“Gurih Mbak Mbak Emi .. enak kok .. “

Mbak Emi yang masih lemas hanya menggapi penisku dengan lemah. Kurangsang dengan penuh gairah dengan mengelus elus pahanya lalu kuputar tubuhku dan meremas remas buah dada Mbak Emi dan menyusu pada puntingnya yang sudah tegak, besaran buah dadanya tidak muat dalam tanganku, aku remas dengan penuh perasaan, kadang Mbak Emi membantu meremas tangaku, dan gairahnya naik. Kutarik badannya dan langsung berada dipangkuanku.

Diarahkan penisku ke dalam lubangnya, penetrasi ke dalam lubangnya tidak mudah walau dah banjir dengan sangat becek, Mbak Emi memegang batang ku dan memasukan sendiri, sesekali menekan pantatnya kebawah, mili demi mili batangku masuk.

“Sakit sekali, sayang .. oooowwww .. oooooowww .. “

“Auuuuh .. “ pekiku ketika Mbak Emi menekan sedikit paksa.

“Hmmm . punyamu serasa lebih besar dari kemaren Han .. “

Mbak Emi berupaya keras memasukan semuanya, aku meringis keenakan dengan kaki gemeteran merasakan jepitannya di lubangnya, batangku seperti disedot sedot dan diremas remas dengan hawa yang hangat dan sedikit panas.

Mbak Emi melumat bibirku dan memegang pundaku lalu mencakarnya.

Mbak Emi menekan lagi dan amblaslah batangku. Mbak Emi memekik keenakan.

“Sayang .. enak banget ya .. anda kau suamiku .. “

“Hari ini aku suamimu Mbak Mbak Emi .. dan kau adalah istriku .. “

Mbak Emi tersenyum penuh arti

“Puasi aku sayang .. hajar aku sampai menggelepar “

Mbak Emi mulai memompaku dan aku menyambut genjotannya. Kami memacu penuh nafsu, tubuh seksiMbak Emi bergerak liar di atas tubuhku. Keringatnya membasahi tubuhnya menjadi semakin mengkilat, wajahnya seperti kerbau kelaparan, bener bener seksi sekali dengan posisi telanjang dan bekerja memompaku. Kusambut buah dadanya dengan remasan tanganku, Mbak Emi memegang kepalaku dan kemudian melumat bibirku dengan penuh keliaran. Cukup binal juga karyawati ini.

Aku memegang punggungnya memberikan elusan dan kembali kupeluk di dadaku, gerakan Mbak Emi sangat teratur dan aku sangat puas dengan permainan Mbak Emi dalam hal bercinta, walau Mbak Emi sudah melahirkan anak 3 namun badannya masih saja seksi, malah semakin hari semakin seksi saja. Ku sodok sodok dari bawah sehingga Mbak Emi menjerit jerit di kamar itu sekeras kerasnya.

“Sayang .. terus ayo terus .. “

Kami memacu dengan sedikit cepat karena Mbak Emi hendak mencapai puncak pedakian sedang aku masih cukup kuat untuk bertahan, Mbak Emi menjepit pinggangku dengan kakinya.

“Sayang .. aku nggak tahan deh … “

Ku berikan sensasi gerakan memutar membuat Mbak Emi merem melek keenakan, matanya hanya tanpa memutih menahan birahi.

“Han .. aku nggak tahan .. ak aku … aku …sammppaaaaaaaaaaiiiiii “ lolongannya menggema di kamar itu yang menjadi saksi bisu percintaan kami.

Mbak Emi lemas dalam pelukanku kuberikan sodokan terakhir agar lebih maksimal. Mbak Emi lunglai lalu diam tak bergerak memelukku, hanya desah nafasku yang terengah engah kecapekan.

Kubiarkan dia menikmatinya. Lama sekali kami saling memeluk

“Han .. jangan tinggalkan aku ya .. aku butuh kamu .. “

“Aku tak akan meninggalkanmu Mbak Mbak Emi .. “

“Kalo kau nikah nanti masih mau sama Mbak mu ini khan ?”

“So pasti sayang … “

“Han .. kau minta apapun akan kuberi .. uang, mobil, rumah akan kubelikan .. “

“Nggak usah Mbak Mbak Emi .. aku hanya butuh Mbak Mbak Emi saja sebagai tempat curhat .. itu sudah lebih dari cukup, aku membutuhkan sayangmu Mbak, bukan duitmu .. “

“Terima kasih sayang … kalo mau kau kerja di kantorku saja .. “

“Nggak mau Mbak .. ntar malah ketahuan sangat berabe..”

“Pinter juga kamu .. “

“Aku akan bosan jika ketemu Mbak Mbak Emi tiap saat .. “

Mbak Emi turun dari pangkuannya, penisku lepas susah juga kalo tidak dipaksa, Mbak Emi serasa tertahan menahan sakit ketika batangku lepas.

“Masih perkasa juga punyamu .. “ ujarnya sambil menampar pelan batangku. Mbak Emi mengusap penisku dengan selimut dan kemudian keluar dari ranjang, Mbak Emi keluar dari kamar dan tak lama muncul memberikan aku pocari sweat. Mbak Emi lalu duduk di depanku.

“Sabar ya Han .. aku capek .. “

“Mbak .. “

“Ya sayang .. “

“Mau menelan isiku ?”

“Hmmm ..coba ah .. “ ujarnya sambil memegangku batangku, Mbak Emi membungkuk dan memasukan batangku ke mulutnya, kuluman di batangku sungguh sangat enak sekali, walau keluar masuk namun giginya hanya menyentuh sedikit. Tanganku lalu meremas buah dadanya yang bergelantunan indah, kuremas remas, Mbak Emi melenguh lenguh dengan mulut tersumpal batangku.

Gerakan kuluman Mbak Emi sungguh variatif, gaya mainnya lebih baik dari Tamara Bleszinsky atau Tina Talisa.

“Gila kau Mbak Mbak Emi .. enak sekali .. Mbak … auuuuuuuuuuh “

Mbak Emi terus saja melalukan itu, selama sepuluh menit, aku masih tahan, namun aku pun panas dingin karena kuluman Mbak Emi di batangku.

“Mbak .. awas Mbak .. mau keluar “ kataku sambil merapikan rambutnya agar tidak menganggunya. Mbak Emi terus saja cuek mendengarnya.

Aku akhirna muncrat juga ke dalam mulutnya, aku melenguh lalu tertidur ke belakang, Mbak Emi menelan semuanya masuk ke kerongkongannya. Nyaris tanpa sisa, bahkan masih menyedot batangku sampai bersih, lalu mengelap mulutnya dengan kain lalu meminum pocari sweat

“Cukup manis dan gurih sayang .. “ ujarnya dengan tertawa.

Aku hanya diam menikmati orgasme ku .. Mbak Emi tertawa renyah.

“K.O juga kau Han .. “

“Iya .. kulumanmu bener bener aku suka Mbak .. “

“Han .. kalo suatu saat misal aku cerai sama suamiku .. mau nggak kamu gantiin posisinya ?”

“Mau Mbak .. mau “

“Terima kasih sayang .. “

“Tapi Mbak “

“Kenapa .. jangan cerai deh Mbak .. kasihan ponakanku deh .. “

“Ponakanmu akan menjadi anak anakmu, sayang .. “

Kami kemudian saling memeluk. Kubiarkan dia memelukku erat, gencetan buah dadanya menekanku.

“Mbak .. buah dadamu indah sekali .. “

“Makasih, sayang … “

Ku dorong tubuhnya, agar menjauh dan kupinta membelakangiku

“Nungging dunk .. “

Mbak Emi langsung tersenyum

“Doggy stile ya “

Mbak Emi langsung memposisikan, lalu aku bertelapak kaki di ranjang lalu menjilati lubangnya, Mbak Emi serasa disetrum tubuhnya langsung bergoyang.

“Bokongmu indah sekali Mbak Mbak Emi .. “

Kusapu daerah terlarang itu, Mbak Emi melenguh dan mendesah

Lalu aku memposisikan memasukan batangku

“Sodok yang keras ya yang .. “

Penisku kumasukan, memang sedikit sesak namun amblas juga dalam lubangnya

“Auh .. enak sekali sayang .. enak”

Aku lalu menggejot tubuh Mbak Emi dengan intonasi bervariasi gerakan tubuhnya mengikuti iramaku.

“mainmu cukup variatif Han … enak .. terus .. ayo terus .. “

Kami memacu dalam posisi itu, Mbak Emi menjerit jerit tak karuan, tangannya mencekal sprei ranjang itu.

Kupacu waktu yang sudah hampir menuju jam 11 siang. Mbak Emi menjerit ketika hendak mencapai puncak.

“Han .. aku nggak tahan .. terus .. terus .. “

Mbak Emi orgasme lagi, cairanya membasahi ranjang itu. Tubuh Mbak Emi menggelepar dalam posisi nungging, kepalanya menekan ranjang, kuremas buah dadanya dengan gemas.

Kami bermain lagi dalam bebagai posisi setelah istirahat sebentar.

“Wuih … “ ujarnya memujiku

Kami bermain sampai jam 2 siang saat kami kelelahan. Mbak Emi sampai menangis. ku elus elus kepalanya.Percumbuan yang sungguh menguras tenaga kami. kami selalu berteriak ketika kami mencapi orgasme. Mbak Emi sampai memintaku berhenti karena tidak kuat melawanku. Kuhentikan aksiku ketika pada orgasme terakhir. Sempat pula kami bermain di kamar mandi, namun Mbak Emi kurang suka karena kamar mandi tidak ada bak mandi hanya pancuran dan tempat MCK, dan bentuknya tidak mendukung aku untuk duduk.

“Jangan nangis sayang .. “

“Nangis karena bahagia kok Han .. kau melepas bebanku .. “

“Oke .. “

“Kita berhenti dulu ya .. mandi dulu .. ntar kita terusin di meja, di dapur, juga sofa. “

Mbak Emi membuka tasnya di ranjang itu dan memberikan segepok uang sebesar 5 juta padaku.

“Nggak perlu Mbak .. nggak perlu .. “

“Han .. terima saja ya sebagai ucapan terima kasih … Mbak akan senang jika menerimanya…please “

Mbak Emi memaksa dan memegang tanganku.

“Seharusnya nggak perlu Mbak Mbak Emi .. aku sayang padamu Mbak .. “

“Ya sayang … kau harus terima .. Mbak sangat senang dan bahagia jika kau menerima, dan aku akan sangat sedih jika kau menolakku … “

“Baiklah Mbak Mbak Emi .. “ ujarku sambil mengecup keningnya.

“Nah gitu .. Mbak makin suka sama kamu .. “

“Aku boleh minta tolong khan “

“Soal apa Mbak .. “

“Aku butuh naskah yang menarik soal drama … kamu khan pinter nulis, ingin aku bikin film bertema komputer, nanti aku bayar deh .. kalo filmnya laris kau kubayar tinggi .. “

“Tak dibayarpun mau .. “

“Ah jangan gitu .. “

Kami beristirahat di depan tivi yang menggunakan parabola. Kupangku Mbak Emi di sofa dengan pakaian minim dan aku hanya bercelana dalam saja. Kupeluk dan buah dadanya kupegang dengan posisi diam, cuma kadang meremasnya karena gemas dan Mbak Emi mencubit tanganku. Kami tertidur saat kami menonton tivi. Kami dibuai dengan mimpi masing masing. Kami masih ada waktu sampai besok pagi sebelum kami berpisah untuk bercinta 4 hari ke depan, aku meminta Mbak Emi untuk datang ke villa kepunyaan temanku yang nggak perlu dipakai, namun selalu dirawat oleh seseorang, kalo dipakai berarti penjaganya pulang ke kampungnya di Ciamis.

Kami berjanji malam itu akan menghabiskan waktu dengan bercinta dengan gaya lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar