Rabu, 17 Agustus 2011

Laila 1

Catatan Administrator : Cerita kali ini tidak menggunakan nama, hanya disebut dengan nama “aku”, tujuan artikel ini seolah olah kita sebagai pelaku sendiri, jadi dalam artikel ini tidak ada nama lelaki namun hanya nama karyawati saja. Jika pembaca tidak berkenan silakan copy pastekan ke program Microsoft Office anda, dan ganti kata “aku” dengan nama terserah anda sebutkan, baru kemudian dibaca. Tidak semua keinginan pembaca bisa diakomodasi, ini menyangkut selera penulis, menulis tidak bisa dipaksakan, jika dipaksakan tulisan menjadi kacau dan alur cerita menjadi melenceng. Beberapa administrator pada undur diri karena “dipaksa” mengikuti skenario, padahal mereka tidak dibayar sama sekali, tidak ada iklan di blog ini. Kami hanya mengikuti kemauan para penulis, masukan dari pembaca menjadi pertimbangan para administrator, tapi keputusan tetap pada penulis bersangkutan. Jadi harap maklum jika ada pembaca yang tidak puas, jika tidak puas silakan menulis cerita seks sendiri, atau mencari blog lain yang mungkin lebih menarik, setiap blog punya kekhasan sendiri. Terima kasih

Kusadari malam ini sungguh malam yang tak mengenakan bagiku, sejak pagi sampai malam aku luar biasa capeknya, baru menginjak jam 9 malam aku menyelesaikan pekerjaanku, namun Jakarta jam sembilan pun masih ada macet di mana. Mataku tertumbuk pada seorang wanita yang selama ini selalu bertemu denganku di gedung kantorku, di mana kantorku menyewa gedung itu selama sepuluh tahun, pesona karyawati satu ini selalu membuatku melayang ingin menikmati kesintalan tubuhnya. Janda satu ini selalu membuatku terpana dengan kecantikannya, tatapannya selalu membuatku teduh, belum lagi, aku merasakan ada tatapan yang beda ketika aku bertemu kesekian kalinya, seperti biasa Laila menunggu taksi yang malam ini antrinya panjang, entah kenapa malam itu, kuberanikan diri mendekati Laila yang menyambutku dengan tersenyum, duduk sendirian setelah ada casting dengan sebuah produksi film, yang kantornya tepat berada satu lantai dengan kantorku, tiga kali aku bertemu dengannya, dan Laila selalu menyapaku terlebih dahulu, benih benih ketertarikan menjadi hal yang lumrah.

“Malam Tante Laila “ sapaku sambil duduk, kuberikan minuman hangat yang kubeli dari sebuah mesin kopi di pojok lantai bawah itu. Petir dan hujan sudah menggelegar ketika aku turun lewat lift menuju lantai bawah itu, aku pun tertahan ndak bisa pulang jika hujan deras begini, jalanan ke rumahku pasti tergenang, aku menjadi terbiasa menginap di kantor jika ada kabar jalan pulang tidak bisa dilewati, sebenarnya sih bisa namun aku sering malas, lagian aku membawa mobil sedan, jadi agak riskan jika mobilku terendam air.

“Malam juga, kawan .. gimana pekerjaanmu hari ini “ balas Laila dengan ramah dan senyumnya yang indah itu, aku selalu terkesima dengan kecantikan satu janda ini, bagian dadanya yang menonjol itu membuatku ingin meremasnya, namun aku selalu bersikap sopan, namun otakku sendiri menjadi piktor jika bertemu dengan Laila ini “Kapan aku kawini memekmu, Tante Laila .. kontolku tak sabar mencoblosmu “. Dan aku sendiri tidak tahu, bahwa sebenarnya Laila juga mengincarku.

“Busyet … mulus banget pahanya, kontolku ngaceng nih .. pengin malam ini aku geluti .. “ batinku dengan menatap sejenak ke paha sangat mulus itu. Kemudian aku tersenyum padanya, Laila pun tersenyum padaku.

“Mau ke kantorku sejenak .. kita bisa bebas ngobrol .. hujan makin deras dan di sini angin bertiup basah, saya kasihan kalo Tante Laila masuk angin .. “ tawarku

“Kalo aku masuk angin kamu yang harus kerokin aku ya “ goda Laila dengan tergelak

“Oh yaa .. aku mau deh aku ngerokin Tante Laila … “ kataku dengan berdiri, namun aku tak menyangka Laila memegang lenganku untuk berdiri, sehingga bebanku berdiri menjadi berat, sontak aku ikut tergoyang ke belakang, secepat kilat aku reflek memegang pinggang Laila agar tidak berdebam ke kursi itu, Laila bergelanyut di pundakku, lenganku sampai menyenggol buah dadanya yang kenyal itu, kontolku makin tak karuan ngacengnya.

Kurasakan keempukan dan kekenyalan buah dadanya sejenak sampai tubuh Laila bergerak, namun justru Laila malah menekan dadanya ke lenganku sambil tersenyum padaku, toh akihirnya kami berjalan bersama, walau tidak bergandengan tangan, aku kembali ke kantorku, untung hari ini aku ketiba jadwal piket sehingga kunci kantor yang membawa aku, kami berdua naik ke lift lagi sambil, kami saling obrol di lift itu, dari masalah pribadi sampai kantor, aku sampai bingung ketika ditanya

“Kamu sudah punya pacar belum ?” tanya Laila dengan menggigit bibirnya, aku hanya tersenyum saja sambil menggeleng.

“Belum punya ?” tanya Laila lagi.

“Belum Tante .. “ sahutku pendek sambil membuka pintu kantor dengan kunci yang kubawa, kami berdua masuk dan ketika kututup itu, Laila berbalik arahku, aku bersender pada pintu yang habis kututup itu, dan aku nekad mengatakan padanya

“Aku tertarik sama Tante Laila .. “ kataku dengan nada datar tanpa ekspresi, Laila hanya tergelak saja karena menganggap aku masih dianggap bercanda, aku pun kemudian menuju ke ruang tamu kantor yang bersofa mewah itu, kubuka lemari kecil di mana menyimpan minuman hangat, wine yang kutawarkan membuat Laila menjadi tersenyum

“Nah itu .. yang kusuka .. thank .. “ sahut Laila dengan tersenyum padaku, aku menatapnya penuh arti, namun aku selalu menangkap basah mata jalang Laila yang mencuri curi pandang ke selakanganku. Namun aku ragu memulai, aku akan membuat situasi agar Laila yang memulai.

Dua tenggak gelas kecil itu membuatku agak rileks, aku kemudian berpura pura pusing sambil memijit mijit bagian dekat alis mataku

“Kamu pusing ?” tanya Laila dengan memijati pundakku.

“Iyaaa “ kataku bohong yang beralasan agar tubuh wangi itu mendekat dan aku bisa kembali merasakan kemulusan kulitnya itu, perlahan lahan wanita janda itu mendekat, memijati aku pelan pelan, aku kemudian menjadi rileks, tanganku secara tak sengaja tertopang di pahanya, namun Laila tidak bereaksi, kuberanikan diri mengelusnya pelan membuat Laila langsung bereaksi menahan tanganku

“Jangan lakukan itu “ bisik Laila dengan berbisik ke telingaku, aku menjadi berhenti, namun tangan Laila perlahan berpindah ke dadaku mengelus elus, kurasakan hembusan dari hidung Laila yang seolah tidak menahan nafsu syahwatnya karena menjanda itu, sontak aku pun langsung ditekan ke sandaran sofa dan Laila langsung menduduki aku, tangannya langsung merogoh ke selakanganku, aku menjadi terkejut kalau Laila sangat angresif, matanya menatapku dengan penuh kerinduan ingin bercinta

“Aku suka padamu .. kau ganteng .. kau punya ini yang besar “ bisik Laila dengan pelan sambil meremas kontolku pelan, aku menjadi tak karuan, walau aku sudah meniduri banyak wanita, namun kali ini aku merasakan hal yang berbeda, perlahan lahan tangan Laila berpindah ke bagian depan bajunya, membuka kancing bajunya sendiri sambil tersenyum, aku kemudian rileks sejenak, mataku sampai melotot tak sabaran bagian dada Laila terbuka.

“Aku tertarik padamu Tante .. “ sahutku yang yang dijawab dengan senyum mesum Laila

“Aku juga sayaaang…. “ sahut Laila dengan agresif memundurkan tubuhnya sehingga tangannya yang sudah membuka bagian dadanya sampai di perutnya itu, mataku tak berkedip memandang ke belahan buah dadanya yang ranum itu, kulitnya sangat mulus. Tak kusangka karyawati ini ngebet minta disetubuhi olehku, aku berusaha sabar.

“Aku tahu kamu menginginkan aku lebih khan ?” sudut Laila dengan menaikan daguku yang memandang kesintalan di dadanya itu, namun aku tidak seagresif Laila, sikap inilah yang membuat Laila menjadi tak karuan, sikapnya menjadi manja dan berani melakukan serangan lebih agresif

“Keluarkan penismu, sayaaaaaaang “ bisik Laila dengan gemas dan tersenyum nakal padaku.

“Aku sudah nggak kuat menahan libidoku, sayaaang . puaskan aku malam ini .. aku sudah tidak kuat menahan ini .. aku hanya tertarik padamu .. kau ganteng, sayaaang .. “ rayu Laila dengan tersenyum padaku, kemudian mengecup bibirku, aku membalas kecupan itu, kutahan kepala Laila yang hendak melumat bibirku itu, Laila menjadi mendelik

“Kau membuatku penasaran, sayaaaaang “ sahut Laila dengan semakin agresif memaksakan kaitan celanaku lepas, habis itu menarik reslutingku kemudian tangannya masuk dan merogoh kontolku

“Woooooow .. gedhe banget, saaaayaaaaang .. aku sengaja menunggumu tadi di bawah .. “ ucap Laila dengan menjilati bibirnya sendiri. Kontolku sampai diremas dengan nakal oleh tangan lentik janda satu ini.

Tubuh kami perlahan lahan berkeringat, keringat dingin muncul dari dahiku dan tangan Laila menyapunya.

“Jangan tegang, sayaaang .. sayaaang .. maukaah kaaaau .. “ tanya Laila dengan suara mendesah tidak kuat menahan nafsunya itu.

“Menyetubuhi Tante Laila ?” tanyaku dengan mencoba vulgar

“Kau tahu juga sayaaang .. aku yakin kamu kuat .. apakah kau tertarik padaku karena tubuhku atau yang lain “ sahut Laila sambil bertanya menggodaku

Aku kemudian memegang pundak Laila dan aku langsung memeluk kemudian kutekan ke samping sehingga Laila langsung berebah ke sofa itu, aku kemudian menindihnya dan kulumat bibirnya, kurasakan manisnya bibir janda itu

“Oooooooooooow .. sayaaaaaaang aaaaaaaaaah .. mmmmmmmmmmhhhh “ desis Laila ketika lumatan pertama itu mendapatkan jeda karena kami menghirup nafas, lumatan demi lumatan itu kami lakukan,sampai tanganku nakal meraba selakangannya yang sudah basah itu

“Kau basah ya Tante Laila ?” tanyaku dengan tersenyum

“Sialan kau .. sejak awal aku sudah bilang nggak tahaaaaaaaan .. kau dingin .. “ sudut Laila.dengan tersenyum, tangannya berusaha merogoh ke selakanganku namun terhalang pada Laila, pahanya yang mulus itu aku elus elus sampai membuat Laila terpejam, kuelus lebih naik dan tanganku masuk ke dalam belahan celana dalam warna coklat krem itu, kuelus elus dengan jembutnya yang tidak begitu lebat.

“Teeeruuuuuuuus, sayaaaaaaang .. oooooouh .. nikmaaatnya aaaah .. aaayoo nakaaaalin .. nakaaaaalin aaaaku, sayaaang .. setubuhi aku .. aaaku tidak tahaaaaaaaan .. please aaaaaaaaaaah “ desah Laila dalam tindihan itu.

Kami berdua kemudian saling berpagutan, Laila menekan ke dadaku, kemudian aku menarik badanku, Laila kemudian berusaha mendesak ke depan, sambil kami saling memagut dan melumat, bibir kami semakin penuh dengan air liur, nafas kami saling memburu untuk mendapatkan kepuasan birahi di malam yang hujan semakin deras.

Laila kemudian kembali menduduki pahaku, kemudian tangannya merangkul ke pundakku, bagian dadanya yang terbuka lebar itu membuatku semakin tidak tahan, aku kemudian memasukan tanganku lewat bagian bawah bajunya, kemudian mencari kaitan bra, tangannya kemudian menahan lenganku

“Mau apa kau, sayaaaaaaaaang “ goda Laila

“Aku tidak tahan ingin melihat susumu, sayaaaaaang “ucapku menggunakan kata sayang, Laila menjadi tersenyum.

Perlahan lahan tanganku mengelus punggungnya, kemudian menemukan kaitan bra itu, perlahan aku lepaskan sambil mataku menatap ke dadanya, dan ketika kulepas itu, bongkahan daging kenyal itu turun seiring cup branya lepas, Laila sampai menatap ke aksi nakalku itu di dadanya karena aku langsung refleks memegang buah dadanya yang kenyal

“Remees sayaaaaaaaaaaaang “ sahut Laila dengan meta terpejam menikmati remasan pelan pelan tanganku, namun tak lama, Laila kemudian menahan tanganku

“Aku ingin melihat punyamu, sayaaaaaaaaaang “ pinta Laila dengan tidak tahan menatap ke tonjolan kontolku, kepala kontolku sudah menyembul keluar.

“Ucapkan dengan nama kontol deh Tante ., agar lebih vulgar “ kataku membuat Laila mencubiti aku

“Iiiiiiiiih . kamu jorok aaaaaaaaaaah, belum pernah aku menyebut dengan kontol .. iih .. jorok banget .. nggak mau “ maki Laila dengan tergelak, padahal Laila sebenarnya senang menyebut kontol, walau baru kali ini mendapati lelaki yang vulgar sepertiku

“Kontolmu besar sayaaaaaaang “ ucap Laila sambil agresif menarik celana dalamku ke bawah sehingga bagian tengah ke atas menjadi santapan empuk mata nakal Laila itu, Laila kemudian turun dari pangkuanku dan berdiri, Laila kemudian melepaskan bajunya dengan tersenyum padaku, aku pun tak mau kalah melepaskan pakaianku, aku telanjang terlebih dahulu, aku sampai tegang menunggu celana dalam Laila lepas, namun dengan setengah menggoda Laila tidak menurunkan celana dalamnya, ketika maju aku langsung menarik celana dalamnya itu, sontak Laila menjjadi tergelak

“iih .. kamu nakal banget yaaa .. awas yaaa .. ampuuuuuuuuuun .. kontolmu besar banget .. duuh .punyaku bisa sesak , sayaaaaaaaang .. aduuuh .. duuh .. besar banget .. “ ucap Laila dengan mata berbinar kemudian bersimpuh di depanku memegang kontolku sambil diremas remas dengan pelan, kurasakan aku merasakan nikmat kontolku dibelai belai tangan Laila itu. Kurasakan aku semakin bernafsu pada wanita ini, padahal aku sebelumnya ingin main bertiga dengan Terry Putri besok pagi namun justru malam aku mendapatkan Laila duluan. Kami berdua saling menatap penuh nafsu. Aku tidak tahu, tiba tiba Laila menarik tas nya kemudian membuka, mengeluarkan bungkusan kecil

“Pakai kondom ya “ sahut Laila

Aku menggeleng pelan

“Ndak mau ?” tanya Laila dengan menggigit bibirnya

“Aku lebih senang menyemburkan isi kontolku dalam memek Tante Laila “ sahutku enteng yang dijawab dengan tatapan yang tertahan di hatinya karena kemungkinan takut hamil, namun karena sudah ngebet Laila pun akhirnya membuang bungkusan kondom itu

“Baiklaaaaaah .. kalo aku hamil kamu tanggung jawab “ sahut Laila dengan tersenyum

“Nanggung tubuhmu diatas aku yang mau, jawabnya ogah “ jawabku yang dijawab dengan tergelak Laila yang sudah telanjang bulat tanpa sehelai benangpun di depanku sambil bersimpuh, tangannya memegang kontolku yang ereksi dengan keras, Laila sampai menggeleng geleng karena kontol besarku itu

“Tunggu apalagi Tante ? masukin donk .. lakukan, jilatan kuluman, sepongan, oral .. Tante suka ngoral kontol khan ?” tanyaku yang disambut dengan senyum nakal Laila itu. Sungguh menggoda janda satu ini, agresif sekali untuk urusan syahwat, bahkan memancingku untuk mengajaknya kawin di kantorku itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar