Senin, 15 Agustus 2011

Mbak Emi 3

Kami berdua terbangun ketika hape Mbak Emi bergetar di meja. Mataku langsung membuka dengan gelagapan sedang tanganku masih berada di dadanya. Mbak Emi terbangun juga lalu mengambill hapenya dengan menyeret memakai kakinya, lalu menggaitnya dengan tangannya. Aku hanya mengendorkan pelukanku agar tangannya bisa mencapai hapenya. Ternyata dari suaminya. Mbak Emi berbicara di hapenya dan aku hanya membiarkan dengan kembali merem karena terasa ngantuk sekali. Nada bicara Mbak Emi semakin menunjukan kemarahan entah kenapa, aku sendiri malas mendengarnya. Lalu Mbak Emi menutup pembicaraan. Mbak Emimelepaskan pelukanku lalu menuju ke belakang menuju dapur tak berapa lama kemudian membawa 2 gelas teh manis hangat, pakaiannya yang minim tanpa BH itu ketika meletakan gelasnya, buah dadanya sungguh sangat indah. Melihatku memandang ke bawah kepalanya Mbak Emi hanya tersenyum. Mbak Emikemudian kembali dalam pelukanku.

“Han … “

“Ya ,, sayang … "

"Mbak Mbak Emibutuh kamu ya … “

“Ada apa sih Mbak .. kok marah marah ?”

“Biasalah menghadapi orang rewel .. susah juga … “

“Jadi kita akan di sini sampai besok pagi .. “

“Nggak … sampai lusa besok .. “

“Hah .. “

“Kau keberatan ?”

“Nggak … tapi ada apa kok mengubah waktunya kita pulang .. ?”

“Aku masih ingin bersamamu kok … Mbak sayang sama kamu .. “

“jadi kita akan ngeseks selama 2 hari ini ?” ujarku nakal

“Ah nggak ah … masih ada banyak hal yang akan kubicarakan .. tetapi intinya aku ingin bersamamu, soalnya seminggu lagi kita baru bisa ketemu lagi .. jadi rasanya gimana gitu ?”

“Lha kenapa nggak nyari yang lain ?”

Mbak Emi langsung menampar mukaku.

“Maafkan aku Mbak … “

“Aku bukan tante girang Han .. jangan seenaknya kau bilang begitu .. aku tak suka .. “

“Aku menyesal … Mbak .. maafkan aku Mbak .. “

“Sudahlah Han .. mungkin kau tak tahu hidupku … bagiku kau yang membangkitkan kenangan yang indah itu … andai … ah sudahlah … “

“Mbak nggak marah lagi .. “

“Nggak Han .. Mbak maafkan kok .. tapi janji ya, jangan tinggalkan aku .. “

Aku hanya mengangguk, perasaanku menjadi berat karena menjadi simpanan seorang karyawati papan atas. Mbak Emi langsung melumat bibirku. Kami berciuman bibir lama sekali, bahkan aku mengontrol pagutanku, Mbak Emi merintih dengan penuh gairah. Dilepaskannya pagutanku lalu menarik celana dalamku.

“Han .. sekali lagi ya puasi aku … “

Ku bawa Mbak Emi ke meja di ruang tengah itu. Ku dudukan di meja.

“Han .. apa yang akan kau lakukan ?”

Aku tak berkata apa apa lalu mengarahkan bibirku ke lubangnya lalu menjilatinya. Mbak Emi melenguh dengan keras.

“Ah … ah .. aku suka akan caramu Han … hanya kau yang bisa memenuhi hasratku .. Mbak nggak mau yang lain .. Mbak hanya mau sama kamu .. “

Mbak Emi kembali meringis keenakan, aku semakin tenggelam dalam keasyikanku. Kelentitnya aku sedot sedot untuk memberikan rangsangan.

“Han .. gantian deh … “

Aku berhenti mengerjainya, aku lalu berdiri, Mbak Emi langsung turun dari meja kemudian berjongkok dan mulai memegang batangku, dijilatinya batangku, voltaseku langsung naik berlipat lipat ketika Mbak Emi sudah mengocok dan menjilati batangku. Jilatan Mbak Emi di penisku sangat aku sukai, karena cara mengulumnya sangat penuh perasaan ddan tidak hanya berdasar nafsu semata seperti Tina Talisa atau Tamara Bleszinsky, perasaanku lama lama menjadi cinta terhadap wanita bersaumi ini, bahkan malah beranak tiga,w alau beranak tiga namun tubuhnya masih sangat seksi. Dan aku sangat menyukai dadanya yang membusung besar serta bentuk pantatnya yang sangat menggugah hasratku ini. Mbak Emi mengulum batangku sesekali mendelikan matanya ke atas, sedang aku merasa meletup letup gairahku.

“Mbak sudah ah .. aku bisa muncrat lho .. “ ujarku sambil meremas kepalanya.

Mbak Emi berdiri lalu memelukku, gencetan buah dadanya yang besar itu membuatku semakin malah terangsang untuk meneruskan aktifitasnya. Ku geser kursi di situ.

“Han .. apa yang akan kau lakukan dengan kursi ini .. gaya apa yang akan kau gunakan .. ?”

“Mbak .. kaki Mbak Mbak Emiangkat ke sini .. “

Mbak Emi menurut .

“Wuih .. aku sangat suka dengan posisi Mbak Mbak Emibegini … benar benar Mbak Mbak Emiseksi sekali… “

Aku memasukan tubuhku lalu memasukan batangku, Mbak Emi langsung meringis, lubangnya yang sudah becek hendak kutembus dengan penisku, awalnya memang terasa sangat sesak, Mbak Emi hanya meringis dengan penuh gairah.

“Hmmmm .. kau memang lelaki sejati, sayang … “

Aku tak menjawab, langsung kusodokan penisku ke dalamnya, urutan pada batangku benar benar hebat, menyedot dan meremas batangku. Kami kemudian saling maju mundur pantat kami masing-masing untuk meluapkan hasrat kami. Mbak Emi sampai menjerit dan memegang meja karena kalo tidak akan terjatuh. Sodokanku semakin mantap saja. Mbak Emi sampai meringis keenakan.

“Sayang .. enak sekali mainmu .. aku suka … auh .. enak Han .. auh .. “

Aku memacu di waktu sore itu, kami bercinta di kursi itu, Mbak Emi sepertinya tidak tahan, buktinya langsung mendongakan kepalanya lalu hanya bisa pasrah menerima sodokanku, Mbak Emi menjerit tertahan ketika lendirnya keluar dengan cepat.

“Sayang … aku nggak tahan … “ ujarnya setengah menjerit lalu, Mbak Emi lemas dan kupeluk agar tidak terjatuh, Kuangkat dia tanpa melepaskan penisku dan kududukan di meja.

“Sayang … lama lama kau semakin kuat saja .. “

“Kita lihat saja Mbak Mbak Emi.. aku merasa masih kuat tak keluar kok untuk ronde berikutnya”

“Sial dah .. bisa mati aku .. “

“Kalo kau mati .. aku juga mati saja ah .. hidup tanpa Mbak Mbak Emi nggak ada gunanya .. “

“Idih .. “

“Aku suka Mbak Mbak Emi.. ceraiin saja suamimu Mbak .. biar aku jadikan suamimu ..”

“Kurindu itu Han … serius kau mau mengawiniku Han ?”

“Ya serius .. buktinya dah berkali kali .. “

“Maksudku menikahiku ? kalo itu mah, rasanya enak sekali, kau lelaki kedua yang menyetubuhiku, tak akan kuijinkan suamiku meneyetubuhi lagi .. dah bosen aku ”ujarnya genit

Ku tarik kursi di belakangku dan ku balik.

“Taruh kaki Mbak Mbak Emidi di sini… “ujarku menunjuk pada sandaran kursi itu.

Mbak Emi menurut, kutarik pinggangnya agar maju sedang aku mundur sedikit

“Pantatmu jangan duduk di meja Mbak .. “

“Bah .. mana tahan tanganku Han .. gila “

Mbak Emi hanya menggigit bibir. tangannya menopang bodynya yang aduhai itu. ditekuknya tangan membentuk siku di meja, sehingga beban tubuhnya tersangga lebih kuat dari pada telapak tangannya, kebetulan di meja itu ada dua serbet tebal lalu kutarik dan kuberikan.

“Ganjal lengan tanganmu dengan ini biar nggak sakit menekan tubuhmu ..awas jangan cepat keluar, kalo cepat keluar … awas ya ..”

“Han mana tahan deh .. “

Kugenjot Mbak Emi dalam posisi seperti itu, tanganku menopang bokongnya dan meremasnya

“Ooohh Han .. enak Han .. enak .. “ ujarnya meracau tak karuan.

Bunyi keciplak alat kelamin kami terdengar enak didengar. Mbak Emi tergoncang goncang, apalagi aku sambil meremas bokongnya yang padat berisi.

“Aku suka bokongmu Mbak Mbak Emi.. “

“Aku suka kau perlakukan begini Mbak Mbak Emi.. “

Kugenjot dengan irama yang beraturan sesekali menyodoknya dengan keras sehingga Mbak Emi sampai melenguh, tubuhnya menjadi tak karuan. Mbak Emi berteriak teriak, aku terus saja memacunya bermenit menit. Bunyi derit meja dan kursi menambah ramainya percintaan kami di meja itu.

“Han ! Stop Han .. aku nggak tahan .. oh .. “

Aku mempercepat iramanya dan Mbak Emi langsung menjerit, pantatnya tetap kuremas remas lebih gemas.

“Oh .. aku kellll …. lu…ar … “ ujarnya berteriak mencapai orgasme.

Tubuhnya lemas kebelkang dan tertidur di meja

“Wah payah nih .. gini aja dah keluar .., “

Mbak Emi hanya diam menggigit bibirnya. Wajahnya yang penuh keringat semakin seksi saja. Rambutnya acak acakan menutup wajahnya, kusibakan rambutnya dan merapikan lalu mendorong selakangannya agar tertopang meja.

“Mbak Mbak Emi..”

“Ya sayang .. aku mau beli rumah … “

“Dimana Han .. ?”

“Maunya di Serpong .. tapi mahal sih .. “

“Biar Mbak yang bayar ya .. aku kok merasa kau akan jadi suamiku .. “

“Jadi Mbak Mbak Emimau membelikan aku rumah ? Nggak ah … kapan kapan saja kalo dah aku mantap di sana “

Kubangkitkan gairah Mbak Emi dengan meremas buah dadanya, akibat remasanku Mbak Emi langsung bangkit lagi.

Kugulingkan tubuhnya yang polos itu di meja sehingga tubuhnya sekarang miring, kaki kirinya kuangkat agar aku bisa menyodoknya lagi, Mbak Emi bertahan dengan tangan kanannya menopang tubuhnya.

Kugenjot dengan keras, aku kembali menyodok nyodok, Mbak Emi tergoncang goncang tubuhnya, buah dadanya tergoncang seirama sodokanku.

“Mbak .. aku yakin mau keluar nih .. di dalam ya.. “

“Iya ..sayang .. iya .. keluarin di dalam .. “

Sodokanku keperkeras agar aku bisa keluar, lebih dari 10 menit aku menggenjotnya, Mbak Emi hanya melenguh bak cacing kepanasan, tanganku ikut bekerja terus meremas remas kedua buah dadanya.

“Mbak .. aku nggak tahan .. “

“Iya .. kita bareng ya .. “

Kami terus menacu, deritan bunyi meja semakin menambah indahnya cinta kami. Aku memuncratkan lendirku di dalam lubang Mbak Emi.

“Oh .. Mbak … aku sampai .. “

Craaaaaaaat craaaaaaaaaaaaaaaaat cratttttttttt

Penisku memuntahkan laharnya disambut dengan muncratnya air kewanitaan Mbak Emi, tubuhku melemas dan menindih tubuh Mbak Emi di meja. Mbak Emi mencapai orgasme lebih lambat 5 detik setelah aku. Mbak Emi memelukku erat sekali di meja. Kuatur nafasku agar teratur. Penisku mulai melemah ketika aku masih dalam posisi memeluknya. Kutarik penisku dan dari lubang vagina Mbak Emi keluar cairan kami dan menetes ke lantai. Mbak Emi masih tiduran di meja, lalu turun dari meja dan menggamit tanganku menuju kamar mandi.

“kita terusin di kamar mandi ya sayang .. “

Aku hanya tesenyum saja, digandengnya tangaku dan aku pun menurut saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar