Rabu, 17 Agustus 2011

Riyem

Namaku Riyem, lengkapnya Riyem
Julini. Umurku kini 42 tahun, tapi
karena selalu kurawat tubuhku
maka masih tampak segar. Aku
termasuk perempuan yang berasal
dari sebuah desa di Karawang. Aku menikah dengan Somad pada usia 22
tahun, suamiku kini telah berusia 51
tahun, ia seorang yang termasuk
sukses sehingga mampu
menghidupiku lebih dari cukup.
Hingga saat ini kami belum dikaruniai anak. Entah, mungkin
karena itu pula maka suamiku jadi
sering selingkuh. Meskipun pada
awalnya sembunyi-sembunyi,
akhirnya aku tahu sejumlah pacar-
pacar suamiku. Awalnya memang sangat
menyakitkan, tapi lama kelamaan
aku tak ambil peduli lagi. Aku tak
mau ambil pusing soal Somad dengan
pacar-pacarnya. Yang
menggelisahkan, adalah kenyataan ia jadi jarang
menghampiriku, bahkan pada
empat bulan terakhir ini ia sama
sekali tak menyentuhku. Padahal
awal perkawinan kami termasuk
harmonis dan selalu hangat dalam percintaan. Aku sendiri amat
menikmati seluruh pengalaman
percintaan dengan Somad, karena itu
pula aku tak pernah sungkan untuk
melayani segala keinginan Somad
karena aku memang menyukainya. Sebagai perempuan kampung
bahkan dari Somad-lah kemudian jadi
tahu berbagai gaya dalam
melakukan hubungan sex. Ya, sekali lagi, aku akhirnya tak
peduli dengan pacar-pacarnya
suamiku, tapi yang paling
menyedihkan adalah
keengganannya menyetubuhiku
lagi. Padahal tubuhku nyaris tak ada yang berubah, sejak
diperawani oleh Somad aku masih
tetap langsing. Atas saran Somad pula
aku rajin mengikuti fitness dan
mengikuti kegiatan olahraga
lainnya. Bahkan dibanding dulu waktu perawan, payudaraku kini
termasuk besar. Tetangga dan beberapa
kenalanku sering bilang aku ini
sexy, terutama ketika mereka
memperhatikan payudara dan
pantatku yang tergolong besar.
Wajahku pun rasanya masih tetap sebagai bunga di kota B, yaitu kota
tempat tinggalku sekarang. Malah
karena aku kian matang, aku pun
tahu sebetulnya banyak laki-laki
yang suka melirikku. Sejauh ini aku
tak pernah menggubris mereka, di lain pihak sebagai perempuan dari
kampung aku masih tetap
cenderung pemalu.
Sampai suatu ketika, terjadilah
perubahan pada diriku yang amat
luar biasa. Inilah kisahnya, sebuah kisah nyata yang betul-betul terjadi
pada diriku, kisah yang
membawaku ke berbagai
petualang sex yang mengasyikan. ***** Sore itu seusai fitness aku pulang
bersama Linda yang menumpang di
mobilku, di tengah jalan Linda
memutuskan untuk ikut ke rumahku.
"Untuk sekadar minum juice sambil
membuang rasa penat," katanya. Tentu saja aku tak menolak,
bahkan gembira sebab pasti
seperti biasanya kalau pulang
sendiri begitu tiba akan langsung
disergap sepi. Begitu tiba di rumah, setelah parkir
kami langsung menuju beranda di
belakang yang menghadap kolam
renang ukuran kecil. Tubuh masih
berkeringat sisa fitness tadi, Linda
merebahkan diri di kursi malas dan aku di kursi di depan sebuah meja
bulat yang berpayung besar.
Segera kupanggil Wanto,
pembantuku, untuk membuatkan
dua gelas juice tomat kesukaan
kami. Begitu Wanto pergi, aku segera
melepas pakaianku hingga tinggal
baju senamku yang melekat ketat
di tubuhku. Begitu pula Linda, ia
melepas kancing-kancing bagian
depan pakaian terusannya, tidak melepasnya melainkan masih
dalam posisi berbaring ia
membukanya lebar-lebar. Maka
tampak terbukalah kini tubuh Linda
yang hanya tertutup CD supermini
dan BH yang hanya menutup separo buahdadanya. Ia
memejamkan mata menikmati
kesantaiannya. Diam-diam dan tak
biasanya, mataku memandang dan
menikmati keindahan tubuh Linda.
Saat itulah Wanto datang mengantarkan dua gelas minuman,
dan karena tahu majikannya
sedang santai maka ia pun segera
dengan malu-malu kembali lagi ke
dalam rumah. Aku meneruskan memandangi
tubuh Linda, tiba-tiba muncul
dorongan keinginan yang kuat
sekali untuk meraba tubuh Linda
yang masih tergolek. Dasar
pemalu, aku tak berani menghampirinya melainkan hanya
meraba tubuhku sambil
membayangkan sedang meraba-
raba Linda. Tangan kiriku
kueluskan di atas paha yang masih
tertutup pakaian senam yang ketat, sementara tangan kananku
mengelus payudaraku yang juga
masih tertutup baju senam. Terus
terang, WWW.UDAHGEDE.COM di saat-saat kesepian
ditinggal Somad, sesungguhnya aku
sering melakukan ini sendirian. Tapi saat ini sambil memandangi Linda,
sungguh perasaanku amat lain, ada
rangsangan yang jauh lebih hangat
dan tentu saja tidak lagi dalam
perasaan sepi. Saking minimnya CD Linda, kulihat
ada bulu-bulu kemaluannya yang
keluar dari pnggir-pinggir CD-nya.
Dengan menatapnya, timbul
keinginan untuk melihat dalam
keadaan sepenuhnya telanjang. Saat itu pula kuselipkan tangan
kananku ke balik baju senamku,
karena tak memakai BH maka
langsung jari telunjuk dan jari
tengahku menyentuh puting-puting
susuku yang ternyata sudah mengeras. Menyusul kemudian
tangan kiriku lewat lobang pakaian
di bagian perutku, nyelip masuk
merogoh langsung ke arah
kemaluanku. Kuraba-raba bulu-
bulu kemaluanku sambil membayangkan bahwa yang
kuraba adalah bulu-bulu kemaluan
Linda. Ada perasaan geli dan
bergejolak rangsangan luar biasa
ketika jariku mulai menyentuh
bagian atas bibir kemaluanku, saat itu pula tak tahan lagi aku menjepit
puting susuku sambil meremas-
remas payudara kiriku. Tak tahan lagi, jari-jari tangan kiriku
pun terus meluncur sampai di celah
memekku yang ternyata sudah
terasa basah. Aku menggosok-
gosoknya dengan lembut di sana.
Dengan agak susah karena terhimpit baju senam yang ketat,
celah memekku itu sedikit aku
rekahkan hingga kujumpai
kelentitku. Jempolku dengan
lembut menggosok-gosok kelentit,
sementara dua jari telunjuk dan jari tengahku sedikit kumasukan ke
dalam memek, setelah itu secara
simultan aku maju-mundurkan; dua
jari keluar-masuk sementara
jempolku tetap menggosok
kelentit. "Ohh.. emhh..," tak tahan lagi aku
melenguh lembut, sementara
tangan kananku kian ganas
meremas payudaraku bergantian
dari kanan ke kiri.
"Ohh.. ahh..," saking nikmatnya maka tanpa sadar lenguhanku
keluar agak keras. Aku sama sekali tak tahu kalau
Linda terbangunkan oleh suaraku.
Ia sedikit membuka matanya
kemudian mengintip apa yang
sedang kulakukan. Karena tidak
tahu dan karena nafsuku sudah kian naik, maka kocokan di
memekku dan remasan tangan di
buahdada-ku pun kian ganas. Dua
jariku kian dalam melesak di
memekku terus keluar-masuk,
keluar-masuk, keluar-masuk.. Ahh.. Dan untuk masuk lebih dalam lagi,
maka aku harus sedikit merunduk,
dengan begitu dua jariku
seluruhnya tenggelam, kujepitkan
memekku hingga dinding-dinding
dalamnya meremas jari-jariku. Saat merunduk itu pula, Linda yang dari
tadi ngintip mulai bereaksi. Dengan jempolnya ia kait BH
mininya ke bawah hingga sekaligus
buahdada-nya terbebaskan. Ketika
aku balik lagi bersandar di kursi
sambil tak melepaskan jariku yang
tertanam di memek, kini kulihat Linda pun sedang meremas-remas
buah-dada telanjangnya. Sebelah
tangannya lagi pun tenggelam
lewat pinggir CD supermini-nya,
hingga tersingkap dan terpampang
jelaslah jarinya yang tertanam di memeknya itu. Ohh.. aku malah
bahagia dan tidak malu-malu lagi
melihat pemandangan itu, dan kini
jadi tahulah bahwa Linda pun
sesungguhnya mengikuti seluruh
adeganku. "Linda, ohh.. ka.. kamu.. di.. diam-
diam.. oh.." tak sanggup kuteruskan
kalimatku untuk menyapa Linda,
gairah kenikmatan mengubur kata-
kataku yang berganti lenguhan-
lenguhan. Tapi Linda rupanya tahu maksudku.
"Ya.. ya.. teruskan Teh Riyem.. aku
pun terangsang melihatmu.. teruss
kocok memekmu dengan jarimuu..
ohh kita sama-samaa..teruss.. ya..
ya.. dari tadi aku lihat.. kamu gatel, yaa.. kamu pengen dientott..," kata
Linda yang juga sambil terengah-
engah.
"Be.. betul Linda.. akuu.. pengen
dientot pake kontoll.. sudah empat
bulan memekku kedinginanan Lindaa..," kataku sambil agak aneh
juga karena sebelumnya tak
pernah mengeluarkan kata-kata
cabul di hadapan orang lain.
"Aku juga, aku ingin kontol gede
yang keras menggenjot memekku.. ohh," desah Linda sambil terus kian
ganas memaju-mundurkan jarinya
di memeknya. Melihat gelagat yang kian panas,
aku pun jadi tak malu-malu lagi
menghampiri Linda. Sambil jongkok
kuhampiri langsung memeknya
yang sedang mengentot jarinya
sendiri. Sungguh terjadi aliran listrik rangsangan yang luar biasa ketika
pertama kali kusentuhkan jariku di
sana. Semula ada gerakan Linda
yang mau mencabut jarinya, tapi
kutahan agar tetap tertanam di
sana. Linda pun mengerti kemudian melanjutkan kocokan di memeknya
sendiri. Aku pun lebih mendekat
lagi, kepalaku merunduk
menghampiri gundukan munggil
dan ternyata bibirnya cukup tebal
itu. Dengan jariku sedikit kubantu
menguakan lagi CD-nya hingga
semakin jelas benda merangsang
itu tampil di hadapku. WWW.UDAHGEDE.COM Celah
memeknya pun kurekahkan lagi
hingga kelentitnya tak terhalang lagi, langsung kuhampiri dan
kujilati tepat di kelentitnya yang
ternyata sudah menggumpal begitu
keras. Terlihat jelas pula jari atau
pun dinding luar bibir memeknya
sudah begitu basah oleh cairan licin yang keluar dari dalam
memeknya. Linda menggelinjang
sambil mendesah nikmat ketika
kelentitnya kujilat. "Ahh.. sshhss.. ohh.. teruss.. enakk..
terus jilati di situ," desahnya.
Sambil terus kujilati, aku bilang
padanya, "Kita teruskan di dalam
saja, yuk, Linda..," ajakku.
"I.. i.. iyaa, aku pun pengen segera melihat Teh Riyem bugil.. aku ingin
sekali nyedot puting susu buah
dada Teh Riyem yang besar dan
merangsang ituu.. Ohh, tapi
teruskan dulu menjilat di situu,"
jawab Linda sambil tak lepas- lepasnya mengentotkan jari di
memeknya sendiri. Tanpa sepengetahuan kami, ketika
seluruh adegan itu terjadi ternyata
Si Wanto ngintip di balik pohon
sambil ngocok kemaluannya. Kami
pun akhirnya beranjak menuju
kamar, Wanto yang belum sampai di puncak klimaks terlihat kecewa.
Dari arah belakang ia mengendap
mengikuti kami ke kamar. Saking
bernafsunya, kami lupa menutup
pintu kamar melainkan langsung
naik ke ranjang dan saling melucuti sisa pakaian kami. Kini tubuhku sudah telanjang bulat,
begitu pula Linda. Kedua
buahdada-ku yang besar langsung
menjadi sasaran emutan Linda.
Seperti bayi, ia begitu menikmati
sedotan di buah-dadaku. Aku pun merasa bahagia sekali menerima
sedotannya, maka kulakukan
serangan balik dengan
menggerayangi memek Linda yang
kini sudah sepenuhnya telanjang.
Jariku tak mengalami kesulitan untuk langsung melesak di
memeknya yang sedari tadi sudah
banjir cairan licin. "Ahh..," desah Linda dengan mulut
yang masih tersumbat puting susuku
ketika jariku mulai tertanam di
memeknya.
Diam-diam tangan Linda pun
ternyata mencari-cari sasaran di memekku dan terasa menemukan
lobangnya dan "Slepp.." jarinya
pun melesak di lobang hangat
memekku.
"Ohh..," desahku ketika jarinya
tenggelam dan langsung dikocokannya. Setelah sekitar tujuh menit kami
dalam posisi berdiri di atas lutut
sambil saling mencium mulut dan
payudara masing-masing, otomatis
tanpa kata-kata kami beralih posisi
ke posisi 69. Linda menindihku dengan mengarahkan memeknya
tepat di mukaku. Kini betul-betul
memeknya itu tepat di hadapan,
kelihatan masih begitu ranum,
maklum Linda masih berumur 24
tahun dan belum lagi kawin. Tapi melihat kelihaiannya saat ini
menggarapku, aku yakin Linda
sudah sangat berpengalaman di
tempat tidur. "Oohh.. ahh.. uhh..," jeritku tiba-tiba
ketika kurasakan Linda menyedot-
sedot kelentitku begitu ganas,
sementara jarinya dengan gerakan
kian cepat menyodok-sodok
lobang memekku. Aku pun dalam posisi terlentang melakukan
serangan yang sama, kuusahakan
jari-jariku bisa masuk sedalam-
dalamnya di memek Linda. Agak
sulit, tapi kuusahakan pula agar
bisa menjilat-jilat dan menyedot- sedot kelentitnya.
"Aaiiyy.. ohh.. uhh.. sedapnyaa.. Teh
Riyem, teruss.. terus.. jangan
berhentii.. kayaknya Linda sudah
mau sampai puncakk. Ohh.. lobang
memek Teh Riyem pun sudah basah sekali.., aku isap-isap cairannya..
asyikk.. dan licin sekali.. basah
sekali Teh Riyemh," jerit dan kicau
Linda dengan pantat bergoyang-
goyang.
"I.. i.. yaa, Lindaa.. Teh Riyem pun rasanya sudah hampir keluarr..
Kocok teruss.. ohh aahh.. ohh aahh..
ohh aahh.. teruss.. sayangg.. sedott
teruss di keelleennittnyaa.. ohh..
Linda.. saya keluarr.. Ohh, nikmatt,"
aku betul-betul mencapai puncak orgasme. Maka aku pun segera seperti
memiliki tanggungjawab untuk
mengantar Linda mencapai puncak
kenikmatannya. Segeralah saya
melakukan apa yang telah
diberikan Linda kepadaku. Kocokan jariku di memeknya
kupercepat, dengan sekali
berguling kini tubuhku berada di
atas tubuh Linda, dengan begitu
maka aku lebih mudah lagi untuk
menggigit-gigit kelentitnya dengan gemas. "Ohh.. Teh Riyemh.. enak sekalii..
ohh aahh.. ohh aahh.. ohh aahh..,"
desahnya seirama genjotan jariku
di memeknya, "Terus.. Teh Riyem
teruss.. jangan berhenti.. entot
terus.. ohh aahh.. ohh aahh.. ohh aahh.. ohh..," akhirnya lenguhan
panjang terdengar begitu keras,
Linda mencapai orgasme ditandai
tubuhnya yang tadi tegang kini
melemas dan pasrah tak berdaya.
Kami pun akhirnya terlentang di ranjang mengenang kenikmatan
yang baru saja teralami. Masih tanpa sepengetahuan kami,
Wanto ternyata meneruskan
kegiatan mengocok kontolnya
sendiri di balik pintu kamar yang
terbuka. Meskipun tak terlalu dekat,
ia bisa melihat adegan kami dengan leluasa, termasuk dengan
jelas mendengarkan ocehan dan
lenguhan kami. Dengan bantuan
ludahnya yang berkali-kali
diulaskan ke tangannya ia
mengocok kontolnya yang sudah super tegang, hingga mengalami
orgasme bersamaan dengan
orgasmenya Linda. Tak ayal
spermanya berceceran di mulut
pintu kamarku. Setelah itu Wanto
cepat-cepat berlalu karena mungkin takut ketahuan. WWW.UDAHGEDE.COM Sementara sambil melepas lelah
dengan tubuh kami yang masih
telanjang, Linda memilin-pilin
puting susuku.
"Susu Teh Riyem ini merangsang
sekali.. aku pun ingin punya susu sebesar ini," katanya dengan
gemas.
"Ah, kamu ini Linda..," jawabku
merasa tersanjung.
"Betul, Teh Riyem.. pantat dan
memek Teh Riyem pun asyik sekali," kata Linda pula.
"Ah, nggak begitu, buktinya Somad
meninggalkanku," kataku
merendah.
"Itulah anehnya.. memek, pantat,
dan payudara sebegini bagus, kok ditinggal begitu saja?" tanya Linda.
"Eh, apa Linda sudah sering main
dengan sesama perempuan?"
tanyaku penasaran.
"Yaa.. Teh Riyem ini ketinggalan
zaman.. Kawan-kawan kita di fitness sudah semuanya mengalami ini..
tapi kami sama-sama masih
menikmati pula hubungan kelamin
dengan laki-laki. Istilahnya bi-sex,
Teh Riyem," jelas Linda.
"Bi-sex, jadi main dengan perempuan OK dan dengan laki-
laki pun OK?" tanyaku masih
dengan nada bloon.
"Ya, begitu, malah pernah
dilakukan secara bersamaan,"
jawab Linda cepat. "Main dengan laki-laki sekaligus
dengan perempuan? Oh, kayaknya
asyik.. aku sih yang begini saja
baru pertama.. gimana bisa begitu,
Linda?" tanyaku semakin
penasaran. "Wah, dengan tubuh Teh Riyem
yang masih sintal sih gampang
saja, sebentar keluar pun akan
didapat pasangan.. malah bisa
lebih dari satu. Buktinya Si Lily
yang gemuk itu, hampir tiap minggu ganti-ganti pasangan..," jawab
Linda dengan santainya.
"Si Lily teman kita yang Chinese
yang baik hati itu?" tanyaku
dengan perasaan semakin
ketinggalan zaman. "Betul, eh, Teh Riyem mau coba?
Kalau mau saya antar?" tanya
Linda. Ingat lagi kepada kesepianku yang
berlarut berbulan-bulan, tentu saja
ajakan Linda ini membuatku
bergejolak meski terasa teramat
menegangkan.
"Aku berselingkuh dengan laki-laki lain?" demikian pertanyaanku
berulang-ulang muncul di kepala.
Tapi sementara itu pula aku tak
bisa memungkiri kebutuhan dan
dorongan sexualku yang sudah tak
tertahankan lagi. "Boleh juga, sih!" jawabku singkat.
"Nah, kalau mau kita atur, deh..
tenang saja.. dijamin kita akan main
dengan laki-laki yang clean.. aku
pun nggak mau sembarangan Teh
Riyem," tegas Linda. Setelah itu kami bergegas mandi
bersama-sama di kamar mandi
yang ada di kamarku. Berias
sedikit, memakai lagi pakaian, dan
segera meninggalkan kamar untuk
memulai perburuan. Tiba di mulut pintu, kakiku yang belum bersepatu
menginjak lendir cairan kental.
Begitu dicolek kami pun segera
tahu bahwa itu adalah cairan
sperma yang belum mengering. Aku
dan Linda saling pandang dan sempat risih, tapi kemudian tertawa
cekikikan. Segera pula aku bisa
menduga bahwa itu spermanya
Wanto. Ini akan menjadi cerita
tersendiri, sementara ini aku sudah
tidak sabar lagi ingin menjalani petualangan bersama Linda. END

1 komentar: