Rabu, 17 Agustus 2011

Bude Siti

Peristiwa ini berawal dari sekitar dua
bulan yang lalu dan berlanjut hingga
beberapa kali hingga saat ini.
Percintaanku dengan seorang
perempuan berumur 41 tahun yang
tergolong masih tetanggaku sendiri, sebut saja namanya Budhe Siti. Aku
adalah seorang pemuda yang berumur
sekitar 19 tahun dan telah lulus dari
sebuah Sekolah Menengah Umum
Negeri di Malang dan tinggal di sebuah
desa kecil di sebelah selatan kota Malang, sebuah desa yang tidak terlalu
ramai karena letaknya yang sangat
jauh dari pusat kota. Budhe Siti sendiri
adalah seorang tetanggaku yang
bertempat tinggal tepat di belakang
rumahku. Perempuan ini berumur sekitar 40 tahun dan sudah mempunyai suami
serta tiga orang anak, yang satu masih
duduk di bangku kelas 6 SD sementara
yang lainnya sudah menginjak bangku
SMP. Suami Budhe Siti bekerja sebagai
tukang kebun di sebuah sekolah negeri di kota. Mengenai postur tubuh Budhe
Siti hingga aku mau untuk bersetubuh
dan berselingkuh dengannya
tampaknya bukan hal yang terlalu
menarik untuk dipaparkan karena
postur tubuh Budhe Siti bukanlah bagaikan seorang artis yang cantik,
gemulai, dan menggairahkan seperti
layaknya model iklan atau pemain
sinetron kelas atas, tetapi ia hanyalah
seorang perempuan kampung istri
seorang tukang kebun dan seorang ibu rumah tangga yang selalu direpotkan
oleh urusan-urusan keluarga hingga
tidak sempat untuk melakukan kegiatan
BL (body language), renang, dan
berolah raga seperti kebanyakan orang
kaya. Tentulah dapat dibayangkan bagaimana tubuh Budhe Siti. Bentuk
badan ibu rumah tangga ini adalah
biasa saja atau bahkan oleh sebagian
besar pemuda body Budhe Siti dapat
dipandang sangat tidak menarik. Tinggi
badan perempuan beranak tiga itu sekitar 154 cm dan berat badan 50 kg.
Anda dapat membayangkan sendiri
bagaimana bentuk tubuhnya dengan
ukuran seperti itu. Mengenai nafsu dan
gairahku terhadap Budhe Siti bukan
terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi nafsu dan gairah itu dapat
dibilang mulai terbentuk semenjak aku
masih berumur sekitar 14 tahun dan
masih menginjak bangku SMP. Waktu itu
aku sering kali bermain-main dan mandi
di sungai yang berada di dekat kampungku, dan di saat-saat aku
bermain dan mandi di sungai itulah
acapkali akumelihat Budhe Siti
bertelanjang diri mencuci dan mandi di
sungai tersebut. Dan tidak jarang pula
sembari mengintip ia mandi akumelakukan masturbasi karena tidak
tahan melihatnya bugil tanpa sehelai
kain pun yang menempel di tubuhnya.
Setelah menginjak bangku SMU aku
pun tidak pernah lagi pergi ke sungai itu
baik untuk sekedar bermain atau pun mandi. Lagi pula aku harus bersekolah
di SMU yang berada di pusat kota yang
letaknya sangat jauh dari
perkampunganku hingga aku terpaksa
harus indekost selama kurang lebih tiga
tahun masa studiku di SMU dan aku jarang sekali pulang ke rumahku di
kampung. Baru sekitar pertengahan
tahun 2004 silam aku lulus dari bangku
SMU dan kembali ke rumahku di
kampung. Dan setelah lulus dari SMU
aku pun masih harus menganggur karena tahun ini aku tidak sukses dalam
ujian masuk PTN (SPMB). Terpaksa aku
harus mencoba lagidi tahun mendatang
untuk dapat diterima di PTN. Selama
menganggur aku seringkali luntang
lantung sendiri karena tidak punya pekerjaan dan apalagi teman-temanku
semasa kecil dulu ternyata kebanyakan
sudah menempuh studi di perguruan
tinggi di kota dan sebagian lagi sudah
bekerja dan jarang sekali
pulang,sehingga kondisi perkampunganku acapkali terlihat sepi
akan para pemuda. Yang banyak
terlihat pastilah hanyalah bapak-bapak
atau ibu-ibu dan beberapa anak yang
masih kecil. Di hari-hari itulah aku
kembali sering pergi ke sungai dimana aku selalu bermain dan mandi sewaktu
aku masih kecil dulu. Suatu ketika pada
saat aku sedang pergi memancing di
sungai, tanpa sengaja mataku menatap
beberapa perempuan yang sedang
mandi dan mencuci di sungai itu dan di antaranya ternyata adalah Budhe Siti.
Ketika itu body Budhe Siti tampak
sudah sangat berbeda dengan yang
pernah aku lihat dahulu saat aku masih
kecil. Sekarang tubuhnya tampak lebih
gemuk dan pantatnya pun tampak lebih besar dan perutnya tampak agak
sedikit membuncit karena kegemukan.
Pada awal aku melihat body tubuh
perempuan berumur 41 tahun itu sedang
mencuci, aku tidak tertarik sama sekali
karena ia terlihat tidak seksi dan tidak menggairahkan bagiku hingga aku
meneruskan niatku untuk memancing
ikan pada hari itu. Setelah beberapa
saat berlalu, tanpa sengaja mataku
tertuju lagi pada Budhe Siti WWW.UDAHGEDE.COM yang mulai
melepaskan pakaian yang dikenakannya. Penisku begitu kerasnya
menegang saat melihat ia melepas
celana dalam hitamnya. Ia tampak
kesulitan melepaskan celana dalam
yang ketat itu karena saking besarnya
ukuran pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai membasahi tubuhnya dengan air.
Gairah seksku serasa tidak tertahankan
lagi waktu melihat Budhe Siti yang telah
bertelanjang bulat dan telah basah
oleh air itu mulai menggosokkan sabun
ke tubuhnya. Perempuan yang sudah bersuami itu menggosok-gosok
tubuhnya danbeberapa kali meremas
payudara dan menggosok pantatnya
dengan sabun. Ingin sekali aku turun
mendekati dan mengajaknya untuk
bersetubuh di waktu dan tempat itu. Tetapi masih ada beberapa perempuan
lain di sana. Aku masih memikirkan
resiko yang sangat besar yang dapat
aku terima jika saja ia tidak mau
melakukan hubungan badan denganku,
atau suaminya mengetahui tindakan kami, dan bagaimana tindakan orang
kampung jika sampai mengetahui
perzinahan kami sehingga aku pun
memutuskan menahan gairah yang
sangat kuat itu. Kemudian aku bergegas
pulang dan tidak meneruskan niatku memancing pada hari itu. Saat tiba di
rumah, pikiranku masih saja terganggu
oleh bayangan Budhe Siti. Tubuhnya..,
celana dalam hitamnya.., pantatnya..,
payudaranya.. Pikiran itu terus saja
menggangguku. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya aku memiliki
ide untuk dapat bersetubuh dengan
tetanggaku itu dan akhirnya aku
memutuskan untuk mulai menggaet
Budhe Siti agar mau melakukan
hubungan suami istri denganku. Mulai saat itulah aku acapkali bermain-main
ke rumah Budhe Siti saat suami dan
anak-anaknya tidak berada di rumah.
Dan tidak jarang pula aku bercanda
dan menggodanya. Dan hubungan yang
menarik pun tampaknya mulai terbentuk di antara aku dan ibu berumur 41 tahun
itu. Tampak sekali bahwa ia juga
menaruh gairah terhadapku. Suatu
ketika pada saat Budhe Siti sedang
menyetrika pakaian di ruang tamunya,
dengan memberanikan diri aku berusaha mengungkapkan maksud,
gairah, dan keinginanku kepada
tetanggaku itu. Dan ternyata keinginan,
nafsu, dan gairahku tidak bertepuk
sebelah tangan. Ternyata perempuan
itu juga memiliki rasa ketertarikan yang sama terhadapku. Setelah tampak jelas
bahwa di antara kami berdua memang
saling menaruh ketertarikan, akhirnya
aku menjelaskan kepadanya bahwa
kami tidak mungkin melakukan
hubungan suami istridan perzinahan itu di rumahnya ataupun di rumahku. Aku
pun memaparkan padanya bahwa kami
hanya bisa melakukannya di tempat
lainmisalnya saja di hotel murahan di
kota. Hal itu dimaksudkan agar suami
dan anak-anaknya atau pun tetangga tidak mengetahui perbuatan kami.
Setelah ia setuju akhirnya kami pun
memutuskan waktu dan tempat yang
pas untuk melaksanakan niat tersebut.
Suatu sore tepat pada waktu yang kami
sepakati aku pergi ke kota untuk menyewa sebuah taksi yang akan
mengantarkan kami ke hotelyang kami
maksud. Selama beberapa saat
bernegosiasi dengan sopir taksi,
akhirnya tercipta kesepakatan dan
sopir pun mau mengantar kami. Setelah aku masuk ke dalam mobil, sopir mulai
menjalankan mobilnya menuju tempat
dimana Budhe Siti sedang menunggu,
yaitu di sebuah taman di pinggiran kota.
Sekitar maghrib akhirnya kami tiba di
sebuah taman di pinggiran kota tempat Budhe Siti sedang menunggu. Kemudian
aku meminta sopir agar memperlambat
laju mobilnya. Setelah beberapa saat
terlihat seorang perempuan berpakaian
rok terusan sedang berdiri di seberang
jalan dan tampak melihat ke arah mobil kami. Dan aku meminta sopir untuk
menghentikan laju mobilnya. Setelah itu
aku keluar dan menghampiri Budhe Siti,
menggandeng tangan dan
mempersilakannya masuk ke dalam
taksi. Setelah kami berdua masuk ke dalam mobil aku meminta sopir untuk
menjalankan mobilnya ke arah hotel
yang kami maksudkan. Dan dengan
perlahan-lahan mobil melaju ke arah
kota tempat hotel yang kami
maksudkan berada. Beberapa saat di dalam mobil, aku dan Budhe Siti
tampak kaku karena di antara kami
sendiri belum pernah bercinta sama
sekali danhubungan spesial kami masih
baru saja dimulai. Kemudian aku
memulai perbincangan dan dengan diselingi oleh canda dan
guyonanku,akhirnya kami berdua dapat
saling berinteraksi dengan baik bahkan
lama-lama pembicaraan kami pun
berlanjut ke arah yang jorok-jorok dan
tampaknya Budhe Siti tidak berkeberatan dengan hal itu dan ia
tampak begitu bergairah. Beberapa
menit berlalu aku mulai menciumnya.
Pertama kali ia tampak terkejut
melihatku berani menciumnya. Sedetik
kemudian aku mulai mendekatkan wajahku ke arah wajahnya dan mulai
mencium dan mencumbu leher
perempuan 41 tahun itu. Pada awalnya
ia menahan tubuhku dengan kedua
tangannya seolah ia tidak ingin aku
melakukan hal itu. Tetapi aku terus saja berusaha mendekatkan wajahku kearah
lehernya untuk mencumbunya. Baru
setelah beberapa lama akhirnya Budhe
Siti tampak pasrah dan membiarkanku
mencium dan mencumbu lehernya.
Nafasnya mulai tampak ngos-ngosan karena gairah seks yang dirasakannya. WWW.UDAHGEDE.COM
Dan sesekali ia mengeluarkan suara-
suara desahan yang sangat
merangsang dan membuat jantungku
semakin berdegub kencang. Kemudian
aku mulai melepas kaos yang aku kenakan. Dan dengan masih bercelana
panjang aku kembali mencumbu
perempuan beranak tigaitu. Selama
bibirku sibuk mencumbu bibir dan leher
tetanggaku itu, tangan kananku sibuk
memegang pinggang, pantat, dan sesekalimeremas payudara Budhe Siti
yang masih mengenakan pakaian
lengkap itu. Beberapa menit kemudian
tangan kananku mulai meraba-
rabapunggungnya dan mencari-cari
letak resleting rok terusan yang dikenakan Budhe Siti. Setelah
menemukannya, dengan tanpa henti
aku terus mencium dan mencumbu
perempuan itu sambil aku berusaha
menurunkan resletingnya dan kemudian
berusaha menyibak sedikit demi sedikit pembungkus tubuh perempuan 41 tahun
itu. Dan akhirnya terlihatlah buah dada
besar Budhe Siti yang masih terbungkus
BH berwarna hitam. Dengan menciumi
dan sesekali menggigit-gigit lehernya,
tangan kananku meraih tali BH-nya dan mulai menurunkannya ke bawah.
Sementara itu tangan kiriku meraih tali
BH yang satu lagi dan mulai
menurunkannya ke bawah. Di sela-sela
cumbuan dan ciuman kami, tangan
kananku menyusup masuk ke dalamBH Budhe Siti. Dan setelah mendapati
payudara besarnya, tangan kananku
tak henti-hentinya meremas-remas buah
dada montoknya. Belum puas aku
melakukan hal itu, aku berpaling ke
arah sopir yang tampak sedang sibuk mengendarai mobilnya dan
mengatakan kepadanya untuk
mengurungkan pergi ke hotel yang kami
maksudkan dan minta agar ia
menjalankan mobilnya untuk berkeliling
kota saja dan memintanya untuk memperlambat laju mobil serta
menjelaskan kepadanya bahwa aku
akan menambah biaya taksinya.
Setelah ia setuju, aku kembali
berpaling ke arah Budhe Siti dan ia
tersenyum ke arahku. Kemudian aku kembali mencumbu perempuan
tetanggaku itu. Beberapa saat
kemudian aku mulai melepas celana
panjang dan celana dalam yang aku
kenakan dan meminta Budhe Siti untuk
melepas seluruh pakaian yang dikenakannya. Dan sedetik kemudian
kami berdua telah sama-sama
telanjang bulat tanpa sehelai kain pun
yang melekat di tubuh kami. Keringat
yang membasahi seluruh tubuh Budhe
Siti semakin menambah gairah seksku karena tubuh montoknya tampak
semakin mengkilat dan menggairahkan.
Kemudian aku meminta perempuan
bersuami itu untuk mengangkang di
atasku dan menghadap ke arahku,
sementara itu aku dengan penis yang masih terus menegang dan yang tak
hentinya mengeluarkan lelehan cairan
bening (airmadzi) duduk bersandar di
tengah jok belakang. Kemudian aku
meminta perempuan dengan tiga anak
itu untuk menduduki aku dan membenamkan penisku ke dalam
lubang anusnya. Kenikmatan yang
sangat luar biasa aku rasakan saat
perlahan-lahan penisku mulai terbenam
di dalam lubang anus Budhe Siti.
Betapanikmatnya seks itu, betapa nikmatnya tubuh perempuan yang
sudah berumur 41 tahun ini, perempuan
yang sudah bersuami, memiliki tiga
anak, dan masih tetanggaku ini.
Sungguh nikmatnya peristiwa saat itu.
Dalam benakku terbayang seandainya saja kenikmatan perzinahan ini tidak
pernah berakhir, andaikan saja kami
berdua bisa terus bersetubuh tanpa
mencapai titik puncak kepuasan. Detik-
detik perselingkuhan itu kami rasakan
bagaikan di surga, nikmat dan menyenangkan. Budhe Siti yang telah
mengangkang di atasku dan telah
membenamkan penisku ke dalam
lubang anusnya terus saja
menggerakkan pantatnya ke atas dan
ke bawah, terus mengocok penisku yang terjepit nikmat di dalam lubang
anusnya. Di antara kenikmatan luar
biasa yang terus aku rasakan, tanganku
tidak henti-hentinya meremas-remas
pantat Budhe Siti, mengusap-usap
pinggangnya, dan sesekali meremas- remas buah dada montoknya. Tidak
jarang dengan gerakan pantat Budhe
Siti ke atas dan ke bawah itu membuat
sesekali peniskuyang tegang dan
basah itu terlepas keluar dari lubang
anusnya hingga aku sesekali harus memperbaiki posisi penisku agar masuk
kembali ke dalam lubang anus
perempuan montok tetanggaku itu.
Beberapa menit berlalu, aku meminta
Budhe Siti untuk mengalihkan gerakan
pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai memutar-mutarkan pantatnya
terkadang searah jarum jam dan
kadang pantatnya juga memutar
berlawanan jarum jam. Di antara
goyangan-goyangan pantat Budhe Siti
yang nikmat itu, dari mulutku sesekali keluar desahan dan rintihan. Suara-
suara itu adalah refleksi dari
kenikmatan luar biasa yang aku
rasakan selama dalam melakukan
perzinahan dan perselingkuhan dengan
Budhe Siti, perzinahan dan perselingkuhan yang nikmat dengan
seorang perempuan yang sudah
bersuamikan tukang kebun dan sudah
memiliki tiga anak, yang bertubuh
montok, berpantat dan berbuah dada
besar. Selama beberapa menit berlalu, goyangan-goyangan berputar pantat
Budhe Siti yang nikmat hampir membuat
aku mencapai titik klimaks. Buru-buru
aku meminta Budhe Siti untuk
mengangkat pantatnya agar penisku
terlepas dari jepitan lubang anusnya. Aku tidak ingin secepat itu mencapai
puncak kepuasan dan secepat itu
menyudahi hubungan suami istriku
dengan Budhe Siti. Kemudian aku
berdiam diri sejenak dan mengatur
nafasku yang ngos-ngosan. Sementara itu Budhe Siti tampak sibuk membenahi
rambutnya yang awut-awutan dan
sesekali menyeka keringat yang
tampak membasahi seluruh tubuhnya.
Setelah nafasku mulai teratur dan aku
tidak lagi merasakan akan memuncratkan sperma dan mencapai
titik klimaks, WWW.UDAHGEDE.COM maka aku pun kembali
menatap Budhe Siti yang tampak
tersenyum ke arahku. Kemudian aku
memintanya bersandar di jok taksi
bagian belakang dan memintanya untuk agak mengangkangkan kakinya
agar vaginanya dapat jelas terlihat.
Dengan duduk bersandar dan agak
merosot ke bawah, Budhe Siti mulai
membuka agak lebar kedua kakinya
hingga terlihatlah rambut-rambut merah kehitaman yang tumbuh lebat di sekitar
selangkangannya dan sebagian besar
lagi menutupi lubang vaginanya.
Dengan perlahan aku menunduk dan
mendekatkan wajahku ke arah lubang
vagina Budhe Siti. Dengan perlahan- lahan aku menyibak rambutrambut
merah kehitaman itu dan berusaha
mencari letak lubang vagina Budhe Siti.
Setelah tampak olehku lubang
vaginanya, aku mulai menjilatinya dan
sesekali memasukkan telunjukku ke dalamnya. Dan tampaknya perempuan
41 tahun itu mulai merasakan
kenikmatan. Waktu terus berlalu dan
aku tidak henti-hentinya menjilati dan
terkadang memasukkan dua hingga
empat jariku ke dalam vagina Budhe Siti. Di antara desahan dan deru
nafasnya yang memburu, sembari
dengan mata terpejam perempuan 41
tahun itu tak jarang meremas-remas
kedua payudaranya sendiri dan
sesekali memelintir dan menarik puting susunya dengan kedua tangannya.
Melihat tubuhnya yang montok dan
tingkah lakunya yang seperti itu, gairah
seksku seperti tidak dapat ditahan lagi.
Perlahan-lahan aku berdiri dan mulai
mendekap tubuh Budhe Siti dan menidurkannya di jok bagian belakang.
Setelah itu ia mulai membuka
matanyadan dengan tampak sangat
pasrah ia hanya mendesah-ndesah saat
aku mulai menindihnya dan dengan
perlahan-lahan mulai memasukkan penisku yang tegang ke dalam lubang
vaginanya. Tak henti-hentinya aku
menjejal-jejalkan penisku ke dalam
lubang vagina Budhe Siti yang hangat,
lembek, lembut dan basah itu.
Beberapa menit kemudian saat aku terus mengocok penisku di dalam
jepitan hangat vagina Budhe Siti, tiba-
tiba aku merasakan akan
menyemburkan sperma sebagai sebuah
tanda bahwa aku akan mencapai titik
puncak kepuasan. Dan sekali lagi aku tidak ingin secepat itu mencapai titik
klimaks. Aku masih ingin berlama-lama
bercumbu dan bersetubuh dengan
tetanggaku ini. Dan dengan perlahan-
lahan aku menarik penisku keluar dari
kehangatan vagina Budhe Siti agar aku tidak memuncratkan sperma secepat
itu. Tetapi terlambat, sesaat setelah
penisku tercabut keluar dari lembutnya
vagina Budhe Siti, aku tidak tahan lagi
menahan spermakuyang memaksa
keluar dari dalam penisku sehingga cairan putih kental pun muncrat dan
berceceran di perut dan sebagian lagi
ke buah dada Budhe Siti. Budhe Siti
kemudian mulai mengusap dan
meratakan cairan kental itu ke perut
dan buah dadanya yang montok dansesekali ia meremas-remas
payudaranya dengan kedua
tangannya. Sementara itu aku masih
berlutut di atas tubuh Budhe Siti yang
sedang tidur telentang dan dengan
tangan kanan aku terus mengocok perlahan penisku untuk mengeluarkan
sisa-sisa sperma yang masih tertinggal
dan merasakan kenikmatan detik-detik
akhir puncak kepuasanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar