Senin, 15 Agustus 2011

Bu Yenti 3

Tak terasa kami sudah sangat basah keringat karena berlomba saling mengoral, kini saatnya perjuangan yang paling berat bagiku, memasukkan penisku ke lubang surgawi milik Bu Yenti, aku bahkan sangat tidak yakin bisa menenggelamkan batangku, walau kelihatan seukuran dengan lebar penisku namun aku tetap meragukan, sehingga aku hanya memandang lubang basah itu dengan seksama. Karena masih diam dan melihat tidak segera berindak, Bu Yenti langsung beranjak bangun dan menunggangi aku di selakanganku

“Masukin segera “ perintah Bu Yenti dengan gemas karena melihatku diam saja.

“Tan .. terlalu sempit .. maaf ya kalo dijepit gitu bisa cepat muncrat “

“Nggak apa apa deh .. yuk .. aku masukin ya “ ajak Bu Yenti lagi dengan bertopang pada pundakku.

“Oke deh .. “ jawabku singkat

“Tante ingin menumpaki kamu yaaa, tante mau main kuda kudaan sama kamu, ntar nanti kita main ayam jago yang genjot ayam betinanya, tante jadi ayam betinanya, kamu ayam jagonya, tante ingin disodok sodok dari belakang dan depan ..  “ goda Bu Yenti lebih lanjut, aku sampai tertawa akan kata kata Bu Yenti yang lucu itu.

Bu Yenti langsung memegang penisku, kemudian mengarahkan ke penisku, dengan mataku terpejam merasakan hal yang luar biasa, kali ini aku dibuat akan terkapar dengan kelelahan dan jepitan sangat ketat dan rapat sekali. Pelan pelan selakangan Bu Yenti turun menempel ke kepala penisku dan ditekan, terasa sekali kalo lubangnya seperti buntet, namun dipaksakan batangku, hanya kepala penisku yang masuk namun di bawah kepalaku langsung masuk mili demi mili. lubang kemaluan itu seakan lentur dan membuka dengan pelan, tapi ketika mulai melebar ke batangku setelah kepala penis terasa sangat susah untuk dimasukan lebih dalam. Aku sampai mengerang tak karuan merasakan jepitan kepala penisku yang terjepit itu.

“Tanteeeeeeeee .. duuuuh .. rasanya nggak karuan nih .. jepitan tante nggak nggenaaaah .. ngilu rasanya “ jeritku dengan menggerakan dadaku ke sana kemari karena tak tahan akan jepitan yang sangat erat itu. Belum tawa gemas Bu Yenti membuatku sampai tak bisa berpikir, sudah berusaha menjepit penisku masih saja bisa tertawa.

“Haaaaaaaan … rasanya ketat sekali .. tante juga ngerasa nggak kuaaat.. kita muncrat bareng yaaaaaaa “ tukas Bu Yenti dengan memagut bibirku, penisku masih berhenti di bawah kepala penisku dan susah sekali Bu Yenti mendesakkan batangku lebih dalam. Baru kali ini kuraasakan kesulitan luar biasa menembus lubang basah itu. Pengin rasanya aku menarik kembali, namun karena selakanganku diduduki dengan gemas dan ditekan itu, aku harus menerima konsekwensi harus amblas sampai tenggelam.

Kami berdua sangat bersusah payah untuk terus memasukan batangku lebih dalam, tawa gemas, senyum nakal, sifat genit yang menggodaku sampai membuatku semakin suka dengan Bu Yenti ini. Penyanyi dangdut yang hot dan sangat menggoda itu, bahkan mempunyai sikap nakal dan genit, lebih genit dari pada yang lain. Dengan sangat memaksa Bu Yenti langsung kembali menekan selakangannya sehingga membuat dirinya langsung merintih kesakitan.

“Haaaaaaaaaan .. uuuuh .. sakit sekali .. tante tetap ingin terus … ayo bantu tante masukin penismu .. duh kontol macam apa ini ?” sungut Bu Yenti dengan tertawa genit. Bu Yenti langsung nakal menekan dengan keras membuatku sampai mendelik dan kakiku sampai terangkat, sedang kaki Bu Yenti mengangkang lebar menekan ke ranjang, aku sangat kesakitan ditekan sedemikian kuat, kami berdua terpekik bersamaan.

“Hhhhhhsssssssssssssss………. Uuuuuuuuuuuuuuuh …. “ pekik kami berdua hampir bersamaan, akibat tekanan keras itu, penisku masuk melesak lebih dalam, sehingga mendekati ke tengah batangku. Luar biasa rasanya jepitan yang sangat kencang itu. Aku merasakan remasan dan plintiran pada penisku yang besar itu.

“Susaah yaaa .. “ goda Bu Yenti dengan memagut bibirku

“Iya tanteeee “ sahutku dengan lemah.

“Makanya, tante pengin kamu .. tante sejak bertemu denganmu sudah menyakini kalo kontolmu besar sekali .. uuuh . kini bukan besar saja, tapi juga sesak… tante bangga deh kalo vagina tante bisa dimasukin sebesar punyamu .. uuuuh .. penismu sungguh gila “ puji Bu Yenti dengan tersenyum dan mengatur nafasnya lagi, bulir bulir keringat menetes dari wajah cantik Bu Yenti yang kini banyak meringis merasakan penisku yang hendak mengoyak liangnya.

“Yang jelas aku suka dengan pantat dan buah dada Tante Bu Yenti .. tekan pelan pelan, sayang “ ajakku dengan meremas buah dadanya, Bu Yenti lalu memajukan buah dadanya itu sehingga remasanku semakin keras.

“Suka khan .. tante tekan yaaa “ pinta Bu Yenti dengan tersenyum.

Aku tak menjawab dan hanya mengelus pahanya yang mulus itu, pelan pelan Bu Yenti kembali menekan dan membuat penisku pelan sekali menerobos masuk ke atas. Mili demi mili penisku lama lama semakin tenggelam, kami berdua hanya bisa memejamkan mata dengan menggigit bibir karena merasakan sakit yang luar biasa.

Bu Yentinatalia“Tanteee tarik dulu ya .. “ ajakku dengan mengangkat paha Bu Yenti dengan pelan, diangkatnya selakangan Bu Yenti dan kemudian menekan lagi, ketika dinaikan seretnya juga luar biasa sehingga membuat Bu Yenti sampai melenguh. Penisku terlalu besar, Bu Yenti mengulum penisku saja tidak masuk ke dalam mulutnya … Uuuuh , apalagi vaginanya yang sempit itu.

Kami terus berjuang agar penisku bisa tenggelam dalam vaginanya sampai mentok, bahkan aku menyakini kalo penisku pasti akan menyisakan sekitar 2-3 centi tidak amblas karena panjangnya penisku itu. Perlahan lahan Bu Yenti menekan lagi lebih kuat sehingga penisku kini semakin dalam masuk ke lubang surgawinya.

“Dikit lagi sayaaaang … yaaaaaaa .. tante mulai nikmat nih, tante bangga bisa kamu disodoki .. tante akan selalu suka menggnjotmu… teruuus yaaa .. jangan kapok bercinta dengan tante… “ ujar Bu Yenti dengan tertawa renyah

“Tante kudu mau goyang bugil di hadapanku dengan satu lagu” kataku dengan meminta suatu hal yang kusukai

“Tenang saja .. nanti tante akan menari bugil untukmu .. tante akan memberikan hadiah itu .. akan kuberi goyangan tante yang hot .. Hmmm .. “ jawab Bu Yenti dengan tersenyum lagi dan mencium pipiku

Pelan pelan penisku melesak lebih dari separo, tekanan semakin erat dan remasanya di dinding vaginanya mau menghancurkan penisku, ditariknya selakangan Bu Yenti dan menekan lagi, kalo ini semakin lancar, dengan sekali sentak ketika ditarik ke atas penisku akhirnya mentok dan menyisakan beberapa centi tidak amblas

“Gilaaaaaaaaaaa .. masih sisaaaa ?” pekik Bu Yenti

“Aaaaaaaaaaauh ! Luar biasa tanteee .. aku nggak tahan jepitan vagina tante .. “

“Bilang tempek donk … tante khan suka bilang kontol “ sungut Bu Yenti

“Oke deh .. aku suka tempek Tante Bu Yenti “ jawabku disambut rasa suka dan senang Bu Yenti.

Kami kemudian diam sebentar mengatur nafas kami agar bisa memulai untuk saling menggenjot, kaki Bu Yenti kemudian merapat menuju ke pinganggku dengan pelan pelan agar tidak menimbulkan rasa sakit ketika menjepit, kakinya itu ketika mau dilingkarkan aku sampai memeluk erat Bu Yenti dengan merangkul lewat pundaknya.

“Tante Bu Yenti memang hot .. aku suka tante .. maukah Tante Bu Yenti jadi teman kumpul keboku ?” ajakku

“Kumpul kebo ? mau dong .. “ jawab Bu Yenti dengan tersenyum nakal

“Iyaaaaaa .. sekarang tante gerak donk .. udah nggak tahan mau muncrat nih .. ”

“Samaaaaaaaa .. tante juga sudah nggak kuaat “ sambut Bu Yenti dengan menaikan pantatnya kemudian pelan pelan menurunkan, terasa seret sekali, gerakan pantat Bu Yenti pelan agar penisku bisa lancar, sudah lebih dari sepuluh kali gerakan pelan Bu Yenti semakin membuat penisku lancar keluar masuk, terasa sakit dan rasa nikmat bercampur, mata Bu Yenti merem melek keenakan, ketika melek pun hanya terlihat memutih

“Haaaaaaaan … ooooh .. hhhhssss .. aaaauh .. aduuuuh “ lenguh Bu Yenti yang kupeluk itu, kuhujani dengan ciuman dan pagutan kemudian lumatan, tanganku nakal meremas buah dadanya membuat Bu Yenti semakin kewalahan. Lima menit kemudian Bu Yenti mulai bergerak lebih cepat meluluhlantakan penisku.

“Sayaaang , tante nggak tahan nih “ pekik Bu Yenti

“Genjot teruuuus … “ ajakku dengan bersemangat walau lelah merasakan jepitan sangat ketat vagina milik Bu Yenti ini.

Menit demi menit kami berpacu, kami hendak merasakan orgasme, kuajak bergerak lebih cepat, kusodokan batangku ke atas lebih keras dan membuat Bu Yenti semakin tak karuan, kempitan di vaginanya itu semakin erat, kuremas terus buah dadanya agar mencapai orgasme, aku pun semakin tak tahan. Bu Yenti menjerit ketika mencapai orgasmenya, tubuhnya melengkung, memajukan dadanya, kuremas sekuatku untuk memberikan rasa orgasme lebih dalam.

“Aaaaaaaaaaaaaaah … uuuuudaaaaaaaaaaaaaa “ jerit Bu Yenti dengan keras, penisku disiram cairan panas, tubuh Bu Yenti berkelonjotan, aku pun demikian menyusul Bu Yenti mendapatkan orgasme, wajahku tegang, nafasku berantakan dan craaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat

“craaaaaaaaaaat …. craaaaaaaaat .. craaaaaaat … craaaaaaaaaaaat “ penisku menembak dengan sangat keras dan membuat Bu Yenti langsung membuka matanya dengan lebar merasakan tembakan spermaku ke rahimnya. Aku sampai berkelonjotan, kami berdua saling memeluk dengan kekuatan sisa yang ada, tubuh kami yang saling memeluk itu akhirnya jatuh ke kanan dan kami diam dengan memejamkan mata kami, menikmati orgasme, dari sela sela batangku tak banyak cairan mani kental yang keluar padahal aku merasakan tembakan air maniku yang banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar